Spirit of Aqsa- Militer Israel mengakui seorang tentara tewas dan seorang lainnya terluka parah dalam operasi militer di kota Jenin Tepi Barat yang diduduki pada Kamis (27/6/2024). Jenin telah lama menjadi basis kelompok pejuang Palestina, dan tentara Israel secara rutin melakukan penggerebekan di kota tersebut dan kamp pengungsi di dekatnya.
Kantor berita resmi Palestina Wafa melaporkan, seorang pemuda Palestina terluka di wajahnya akibat pecahan peluru dalam serangan militer terbaru.
“Kapten Alon Sacgiu, 22, jatuh saat operasi di sektor Jenin,” kata militer dalam sebuah pernyataan singkat tanpa memberikan rincian tentang penyebab kematiannya.
Seorang tentara lainnya terluka parah dan dibawa ke rumah sakit. Wafa mengatakan pasukan Israel menyerbu Jenin sesaat sebelum tengah malam dan dikerahkan hingga fajar di kota dan pinggirannya.
“Pasukan menempatkan puluhan tentara penembak jitu di atap bangunan komersial dan rumah serta di lingkungan kota dan pusat komersialnya,” laporan badan Palestina di situs berbahasa Inggrisnya.
Saat dihubungi AFP, militer Israel mengatakan telah mundur dari Jenin namun tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai operasinya.
Saksi mata di Jenin mengatakan kepada AFP bahwa alat peledak rakitan yang dipasang di jalan yang digunakan tentara telah meledak. Bentrokan dan baku tembak terdengar sepanjang malam, tambah mereka.
Israel mengumumkan bahwa seorang komandan regu penembak jitu tewas dan 16 tentara menderita berbagai luka akibat ledakan dua alat peledak selama operasi di Jenin tadi malam.
Menurut Radio Angkatan Darat Israel, alat peledak pertama diledakkan di dalam kendaraan lapis baja tipe Namer. Petugas yang tewas dilaporkan tiba sebagai bagian dari misi penyelamatan pasukan awal yang terkena dampak ledakan.
Investigasi awal yang dilakukan tentara Israel menunjukkan bahwa dua alat peledak besar itu terkubur di kedalaman satu setengah meter, meski metode peledakannya masih belum jelas.
Kekerasan di Tepi Barat, yang berada di bawah pendudukan Israel sejak tahun 1967, telah meningkat sebelum perang Israel-Hamas di Gaza pecah pada tanggal 7 Oktober. Sejak itu, kekerasan telah meningkat ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam dua dekade terakhir.