Setelah dua dekade ditinggalkan, militer pendudukan Israel kembali ke sebuah situs militer lama di wilayah utara Tepi Barat dan langsung memulai operasi militer brutal. Puluhan keluarga Palestina terusir dari rumah mereka, sementara gelombang penangkapan dan penyitaan rumah terjadi sejak dini hari, Selasa (17/6).

Markas Lama, Ambisi Baru

Pasukan besar Israel, lengkap dengan kendaraan lapis baja, pengangkut personel, dan perlengkapan militer lainnya, dikerahkan ke situs Tarsala (juga dikenal sebagai situs Sanur), yang terletak di antara kota Jaba dan Sanur di utara Jenin. Situs ini dulunya adalah markas militer Yordania hingga 1967, lalu digunakan Israel sebelum ditinggalkan pada tahun 2005 dalam rencana pemisahan sepihak.

Namun pada 30 Mei lalu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant secara terbuka menyatakan bahwa situs itu akan diaktifkan kembali dan dikembangkan sebagai permukiman ilegal baru—salah satu dari 22 permukiman baru yang direncanakan dibangun di Tepi Barat.

Warga Palestina segera membagikan foto dan video di media sosial yang menunjukkan kedatangan pasukan Israel ke situs tersebut, termasuk pemasangan sistem pertahanan udara Iron Dome, pertanda militerisasi penuh atas kawasan yang seharusnya menjadi milik warga Palestina.

Pengusiran dan Perusakan di Kamp Aksar

Sementara itu, di Kamp Pengungsi Aksar Baru, timur Nablus, pasukan Israel menggusur paksa keluarga-keluarga Palestina dari rumah mereka. Sebanyak 13 rumah diubah menjadi markas militer, menurut keterangan Muhammad Abu Kasyk, Ketua Komite Pelayanan Kamp Aksar.

“Sudah dua hari berturut-turut pasukan pendudukan melakukan operasi militer. Mereka menggeledah hampir seluruh rumah di kamp, merusaknya, dan menginterogasi warga di tempat,” ungkapnya. Ia juga menegaskan bahwa kamp kini terkepung dari segala arah, dan pasukan Israel melarang masuknya bahan makanan serta kendaraan medis.

Pada hari sebelumnya, tentara Israel bahkan menguasai kantor pelayanan masyarakat dan pusat-pusat sosial kamp, mengganti bendera Palestina dengan bendera Israel.

Tindakan Serupa di Kota-Kota Lain

Serangan dan penggeledahan juga berlangsung di kota Jaba (selatan Jenin) dan Jiyus (timur Qalqilya), di mana rumah-rumah warga diubah menjadi pos militer, dan warga dipaksa menjalani pemeriksaan lapangan yang keras.

Penangkapan Massal: Anak-anak Ikut Jadi Target

Dalam laporan terbarunya, organisasi hak asasi Palestina mengungkap bahwa sejak Senin malam hingga Selasa pagi, militer Israel telah menangkap 30 warga Palestina. Di antara mereka terdapat anak-anak dan mantan tahanan.

Berdasarkan pernyataan bersama Klub Tahanan Palestina dan Otoritas Urusan Tahanan, penangkapan brutal ini merupakan bagian dari eskalasi sistematis sejak pecahnya konflik Iran-Israel.

“Alasan penangkapan beragam, mulai dari temuan foto roket Iran di ponsel, hingga konten di media sosial yang dituduh sebagai provokasi,” tulis mereka.

Skenario Kekerasan yang Terstruktur

Laporan tersebut juga menyoroti metode represif yang digunakan: interogasi massal di tempat, pengusiran paksa dari rumah, perusakan infrastruktur, hingga pembunuhan dan eksekusi lapangan. Operasi militer ini terjadi bersamaan dengan pengepungan yang sudah memasuki hari keempat di seluruh Tepi Barat sejak agresi militer Israel terhadap Iran dimulai pada Jumat lalu.

Tepi Barat Tercekik, Gaza Dibantai

Sementara dunia menyoroti Gaza, kekejaman Israel di Tepi Barat meningkat tajam. Sejak awal 2024, sedikitnya 978 warga Palestina syahid di tangan tentara dan pemukim Israel, lebih dari 7.000 luka-luka, dan lebih dari 17.500 orang ditangkap—menurut data terbaru dari otoritas Palestina.

Apa yang terjadi di Tepi Barat hari ini bukan sekadar operasi militer. Ini adalah bagian dari skenario pendudukan sistematis yang bertujuan menggusur warga Palestina dari tanahnya sendiri, satu desa demi satu, satu rumah demi satu.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here