Penindasan di Tepi Barat tak pernah jeda. Hari ini, Rabu (6/8), pasukan pendudukan Israel kembali melancarkan serangan sistematis: menghancurkan bangunan, mengusir warga, dan menangkap para pemuda Palestina.
Sumber Al Jazeera melaporkan, tentara Israel menghancurkan sebuah gedung lima lantai yang tengah dibangun di kawasan Qabr Hilwa, timur Betlehem, dengan dalih tak berizin. Tak berhenti di situ, mereka juga menggusur sebuah fasilitas industri dan dagang di wilayah Dhahiya al-Zira’a, dekat kamp pengungsi.
Satu bulan terakhir, rezim pendudukan telah melakukan sedikitnya 75 operasi pembongkaran, menyasar 122 bangunan, termasuk 60 rumah yang dihuni, 11 rumah kosong, serta 48 fasilitas pertanian dan sumber penghidupan. Sebanyak 33 surat perintah pembongkaran baru juga telah dikirimkan ke warga Palestina.
Dalam enam bulan pertama tahun ini saja, Israel telah meruntuhkan 588 bangunan, mengakibatkan penderitaan bagi 843 warga Palestina, termasuk 411 anak-anak. Di saat yang sama, lebih dari 550 bangunan lainnya diancam dihancurkan, mayoritas adalah rumah tempat tinggal.
Ironisnya, semua ini dilakukan atas nama hukum. Israel menutup rapat-rapat kemungkinan warga Palestina membangun di Area C (wilayah yang menurut Perjanjian Oslo 1995 berada di bawah kontrol penuh Israel) dengan alasan ‘tak memiliki izin’, padahal izin tersebut hampir mustahil diperoleh menurut organisasi lokal dan internasional.
Perampasan Tanah dan Pengusiran
Tak hanya menghancurkan, Israel kini juga merampas lahan dengan dalih konservasi sejarah. Komando militer Israel dan Otoritas Purbakala mengeluarkan perintah penyitaan atas wilayah luas di utara Tepi Barat – termasuk desa Sebastia, Burqa, dan Ramin, untuk membangun taman nasional “Samaria,” yang sudah mulai dikerjakan dua bulan lalu.
Warga desa Beit Iskarya, yang terkepung permukiman ilegal Gush Etzion, juga diancam. Seperti diungkap Muhammad Ibrahim Attallah, kepala desa Beit Iskarya, pasukan Israel menyampaikan perintah lisan untuk mengosongkan 20 dunum lahan yang ditanami pohon anggur milik keluarganya. “Mereka beri waktu 10 hari untuk angkat kaki dari tanah kami sendiri,” ujarnya kepada kantor berita Wafa.
Gelombang Penangkapan di Hebron dan Tepi Barat
Sementara di sisi lain, malam tadi Israel menggelar operasi penangkapan besar-besaran. Di kota Dura, selatan Hebron, tentara menyerbu rumah-rumah, mengacak-acak isi di dalamnya, dan menculik 12 warga, termasuk 3 perempuan.
Penangkapan juga terjadi di berbagai wilayah Tepi Barat:
- Di Tulkarm, pasukan menyeret keluar seorang pemuda bernama Rabi’ Muhammad Naifa, putra mantan tahanan Muhammad Abu Rabi’ah.
- Di kota Nablus, pasukan menyerbu dari dua arah, menangkap 6 pemuda dari Kamp Ain dan kawasan Ma’ajeen.
- Di Beit Lahm, 4 pemuda ditangkap dari kota Al-Khadr.
Jalur masuk ke kota Hebron dan desa-desa sekitarnya pun diblokade dengan penghalang besi, beton, dan gundukan tanah.
Darah yang Mengalir di Dua Kutub Palestina
Sementara Gaza dihujani bom tanpa ampun, Tepi Barat menderita di bawah sepatu dan senjata. Menurut data otoritas Palestina, sejak awal agresi hingga kini, sedikitnya 1.013 warga Palestina syahid di Tepi Barat, lebih dari 7.000 terluka, dan lebih dari 18.500 orang ditangkap, di tengah dunia yang terus membisu.