Spirit of Aqsa- Juru bicara Oxfam, Hadeel Qazzaz, mengatakan, penggunaan air sebagai senjata oleh Israel terhadap Jalur Gaza dimulai sebelum 7 Oktober 2023, dengan intensifikasi penggunaan kekeringan sebagai alat perang.
Qazzaz menjelaskan, Israel memutus pasokan air dari perusahaan air Israel yang sebelumnya menyediakan 12% air minum bagi penduduk Gaza.
“Meski pasokan dari perusahaan air Israel dipulihkan pada akhir Oktober, Israel hanya mengizinkan masuk 22% dari jumlah yang masuk sebelum perang, dan mereka mengendalikan sepenuhnya masuknya pasokan tersebut,” kata Qazzaz, dikutip Aljazeera, Jumat (19/7/2024).
Sebelum perang, Bank Dunia telah mengonfirmasi bahwa 90% air di Gaza tidak layak minum, dan persentase ini meningkat menjadi 97% akibat dampak perang dan pembuangan limbah serta puing-puing perang ke sumber air, ujar Qazzaz.
Ia juga menjelaskan bahwa air yang tersedia digunakan untuk minum dan memasak, yang mempengaruhi kebersihan pribadi. Hal ini memaksa orang menggunakan air laut asin untuk mencuci pakaian dan kebersihan pribadi, menyebabkan penyakit seperti hepatitis dan diare, yang semuanya bisa berujung pada kematian.
Perang Kekeringan
Reporter Al Jazeera, Anas Al-Sharif, melaporkan dari kamp Jabalia di utara Gaza, menunjukkan bagaimana orang terpaksa menggunakan air yang tidak layak minum untuk memasak, minum, dan mencuci pakaian, yang sangat membahayakan kehidupan mereka.
Al-Sharif mengatakan penggunaan air tersebut meningkat tajam setelah perang karena kelangkaan air akibat hancurnya hampir semua sumur dan stasiun desalinasi.
Laporan Oxfam menunjukkan penurunan 90% pasokan air dari luar ke Gaza, dengan ketersediaan air kurang dari 5 liter, jauh di bawah standar minimum darurat global.
Produksi air dalam negeri Gaza menurun 84% selama perang akibat serangan militer Israel terhadap infrastruktur air, menghancurkan 70% pompa limbah dan semua stasiun pengolahan air serta laboratorium pengujian kualitas air.
Serangan Israel juga menghancurkan 88% sumur di Gaza, dan semua stasiun desalinasi di Kota Gaza rusak atau hancur.
Oxfam melaporkan lebih dari seperempat penduduk Gaza menderita penyakit serius yang seharusnya bisa dicegah, disebabkan oleh kekurangan air bersih dan fasilitas sanitasi.