Sejak Rabu dini hari, pasukan pendudukan Israel kembali mengintensifkan operasi militer di berbagai wilayah Tepi Barat. Aksi ini dilakukan berbarengan dengan pengumuman rencana perluasan permukiman ilegal “Atniel” di selatan Hebron.
Sumber-sumber Palestina melaporkan, pasukan Israel menyerbu kawasan Jabal Abu Dhahir di Kota Jenin, serta masuk ke sejumlah lingkungan di Nablus, termasuk Desa Usarin di bagian tenggara kota tersebut.
Di saat bersamaan, otoritas sipil Israel di Tepi Barat mengumumkan rencana perluasan permukiman Atniel yang berlokasi di dekat pintu masuk utara Kota ad-Dhahiriya, selatan Hebron. Menurut pengumuman resmi, perluasan akan dilakukan di sisi timur permukiman. Warga Palestina diberi waktu 60 hari untuk mengajukan keberatan.
Rencana itu mencakup pembangunan 156 unit rumah baru, sebagian sudah berdiri di atas lahan seluas 164 dunam milik warga Palestina.
Kekerasan Sistematis
Langkah ini menambah daftar panjang pelanggaran Israel di Tepi Barat, yang berlangsung paralel dengan perang genosida di Jalur Gaza. Data Palestina menunjukkan, sejak 7 Oktober 2023, pasukan dan pemukim Israel telah membunuh sedikitnya 1.015 warga di Tepi Barat, termasuk Al-Quds Timur, melukai sekitar 7.000 orang, dan menahan lebih dari 18.500 lainnya.
Sementara di Gaza, Israel yang mendapat dukungan penuh Amerika Serikat, terus melakukan serangan brutal berupa pembunuhan massal, kelaparan terencana, penghancuran infrastruktur, hingga pengusiran paksa. Serangan yang disebut sebagai genosida ini telah menewaskan lebih dari 62 ribu warga, melukai 156.573 orang, serta meninggalkan lebih dari 9 ribu orang hilang. Mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan.
Lebih dari itu, ratusan ribu warga terpaksa mengungsi, sementara kelaparan ekstrem telah merenggut nyawa sedikitnya 266 orang, termasuk 112 anak.