Selasa pagi, pasukan Israel menembak mati seorang pemuda Palestina dalam operasi militer di selatan Jenin, bersamaan dengan gelombang penculikan besar-besaran yang menargetkan puluhan warga di berbagai kota dan desa Tepi Barat.
Militer Israel dan Shin Bet dalam pernyataan bersama menyebut pemuda bernama Sultan Abdul Ghani tewas setelah baku tembak dengan pasukan khusus dekat Jenin. Israel menuduh Abdul Ghani bertanggung jawab atas pembunuhan seorang petugas keamanan di kawasan industri “Braun” dekat Nablus pada Agustus 2024.
Dalam operasi itu, unit Duvdevan bersama Shin Bet mengepung bangunan tempat Abdul Ghani bersembunyi di Maraka, selatan Jenin. Mereka menembakkan granat energi dan terlibat baku tembak hingga Abdul Ghani tewas. Di lokasi, pasukan menemukan senjata M-16, senjata Carlo, dan sebuah bom rakitan.
Reporter Al Jazeera melaporkan, pasukan khusus Israel menyusup ke wilayah perbukitan antara desa Maraka dan Qabatya pagi tadi. Mereka mengepung fasilitas di sana, hingga terjadi bentrokan bersenjata sebelum pasukan Israel menambah kekuatan, termasuk helikopter yang menembakkan peluru dan mengebom area sekitar.
Selama operasi, lima warga diculik karena diduga membantu Abdul Ghani. Pengejaran terhadapnya berlangsung sejak 18 Agustus 2024 hingga ia tewas.
Eksekusi Pemuda Lain di Nablus
Fajar Selasa juga menandai eksekusi seorang pemuda Palestina lain di Nablus, setelah pengejaran 18 bulan terkait dugaan serangan kendaraan yang menewaskan dua tentara Israel pada 29 Mei 2024 di pos pemeriksaan Urta, timur Nablus.
Pasukan khusus YAMAM, militer Israel, dan Shin Bet mengepung bangunan tempat Abdul Raouf Ishtiya bersembunyi di Jalan Hasba, Nablus. Dua rudal ditembakkan, menimbulkan kebakaran hebat, sebelum pasukan menyatakan target telah “dinetralisir” melalui pemantauan drone.
Penculikan Puluhan Warga di Seluruh Tepi Barat
Dalam 24 jam terakhir, gelombang penculikan melanda Tepi Barat. Klub Tahanan Palestina melaporkan sekitar 50 warga ditangkap sejak Senin malam hingga Selasa pagi, terutama di Qalqilya, Yerikho, Bethlehem, Ramallah, Nablus, dan Hebron.
Penculikan disertai penghancuran rumah, kekerasan fisik, investigasi lapangan, serta penggunaan tahanan sebagai “tawaran” untuk memaksa keluarga menyerahkan orang yang dicari. Sejak awal perang di Gaza, lebih dari 20.500 warga telah ditangkap.
Di Qalqilya, pasukan Israel menculik lebih dari 25 pemuda di kota Azoun, menyulap rumah menjadi pos militer dan menutup jalan. Di Hebron, puluhan warga ditahan, sekolah dan rumah digeledah, serta terjadi serangan gas dan suara yang membuat siswa sesak napas.
Di Bethlehem, enam warga diculik dari kamp pengungsi Aida dan Al-Azza, sementara beberapa warga lain ditangkap di Madama (selatan Nablus) dan Ramallah. Di Yerikho, penggerebekan di kamp Aqabat Jabr dan Ein Sultan menewaskan sepuluh warga Palestina.
Sumber: Al Jazeera, Media Palestina










