Serangan udara Israel kembali menghantam kawasan sipil di Jalur Gaza. Koresponden Al Jazeera melaporkan, sebuah bangunan hunian di pusat Kota Khan Younis, Gaza selatan, menjadi sasaran serangan pada Ahad (14/12). Di waktu hampir bersamaan, militer Israel mengumumkan telah membunuh seorang warga Palestina di Gaza utara dengan dalih melintasi “garis kuning” dan dianggap menimbulkan ancaman langsung bagi pasukannya.

Sumber-sumber Palestina menyebut, serangan di Khan Younis dilakukan menggunakan pesawat nirawak bunuh diri yang menghantam sebuah ruangan di kompleks hunian keluarga Al-Agha, tepat di jantung kota. Serangan itu menambah daftar panjang sasaran sipil di tengah gencatan senjata yang terus dilanggar.

Pada pagi hari yang sama, jet-jet tempur Israel juga melancarkan serangan udara ke Kota Rafah di selatan Gaza, serta menggempur sejumlah titik di wilayah timur Khan Younis, daerah yang masih berada dalam jangkauan dan sebaran pasukan Israel. Tembakan senjata berat dilaporkan terdengar intens di wilayah utara Rafah, menyusul rentetan tembakan dari kendaraan lapis baja Israel di perbatasan. Situasi serupa juga terjadi di kawasan tenggara Khan Younis.

Di Gaza bagian timur, artileri Israel melancarkan bombardir hebat yang diiringi dentuman ledakan besar di berbagai penjuru kota, sebagaimana dilaporkan pusat informasi media Palestina. Serangan darat dan udara yang berlapis ini semakin mempersempit ruang aman bagi warga sipil.

Di pesisir barat Gaza, suasana duka menyelimuti Kamp Pengungsi Al-Shati. Warga mengiringi jenazah empat syuhada yang gugur akibat serangan pesawat nirawak Israel terhadap sebuah mobil sipil di Jalan Al-Rashid, Sabtu malam. Serangan itu kembali menegaskan rapuhnya perlindungan bagi warga non-kombatan.

Menanggapi eskalasi tersebut, Hamas mengecam keras apa yang disebutnya sebagai pelanggaran terang-terangan Israel terhadap kesepakatan penghentian perang. Hamas mendesak para mediator dan negara-negara penjamin agar segera turun tangan menghentikan langkah-langkah Israel yang dinilai sistematis dalam merusak dan menggagalkan perjanjian.

Di sisi lain, penderitaan warga Gaza kian berlapis oleh krisis kemanusiaan. Gelombang dingin disertai hujan deras akibat badai “Piron” memperparah kondisi ribuan keluarga, terutama mereka yang tinggal di rumah-rumah rusak atau terancam runtuh akibat serangan sebelumnya. Banyak bangunan yang tak lagi mampu menahan cuaca ekstrem, menempatkan penghuninya dalam risiko nyata tanpa alternatif tempat berlindung.

Di lokasi-lokasi pengungsian, termasuk kawasan Al-Mawasi di Khan Younis, hujan lebat dan angin kencang menyebabkan ribuan tenda terendam air. Memasuki musim dingin, para pengungsi kembali dihadapkan pada kenyataan pahit: bertahan hidup di antara reruntuhan, cuaca ekstrem, dan serangan yang belum juga berhenti.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here