Media internasional menyoroti langkah Hamas dalam menata ulang barisan mereka sebagai persiapan menghadapi kemungkinan pertempuran kembali.
Sementara itu, kebijakan pengusiran paksa yang dilakukan Israel di Tepi Barat dinilai dapat menimbulkan dampak negatif, baik secara domestik maupun internasional.
Hamas Kembali Menata Pasukan
Menurut The Wall Street Journal, Hamas telah mengorganisir ulang pasukannya di Jalur Gaza sebagai persiapan jika pertempuran kembali meletus. Gerakan ini telah menunjuk pemimpin baru serta membangun kembali jaringan terowongan mereka.
Laporan tersebut muncul di tengah tekanan dari Israel dan Amerika Serikat agar Hamas memperpanjang gencatan senjata saat ini serta membebaskan lebih banyak tahanan.
Namun, The Wall Street Journal mencatat bahwa negosiasi masih menemui jalan buntu terkait syarat-syarat perdamaian. Israel menuntut pelucutan senjata Hamas, sementara Hamas menolak menyerahkan senjata atau pengaruhnya di Gaza.
Kebijakan Israel Bisa Berujung Bumerang
Dalam laporan Yedioth Ahronoth, analisis menyebutkan bahwa kebijakan Israel yang melakukan pengusiran massal di kamp-kamp pengungsi Tepi Barat dapat menimbulkan dampak negatif di berbagai tingkat.
Analisis itu menilai bahwa ancaman terhadap Israel di kamp-kamp tersebut “memerlukan tindakan luar biasa, tetapi hukuman kolektif terhadap warga sipil yang tidak terlibat dalam perlawanan justru dapat meningkatkan ketegangan dan memicu eskalasi kekerasan.”
Keamanan Israel Tergantung pada Kepergian NetanyahuDalam artikel di Haaretz, mantan jenderal Yair Golan menyatakan bahwa Israel tidak akan mencapai stabilitas dan keamanan selama Benjamin Netanyahu serta pemerintahannya masih berkuasa.
Ia menegaskan, “Pergantian pemerintahan diperlukan untuk menciptakan perubahan nyata yang mengutamakan keamanan negara di atas kepentingan politik.”
Golan juga berpendapat bahwa balasan terhadap Hamas bukanlah melalui ancaman militer, tetapi dengan membangun alternatif moderat di Gaza.
Hal ini, katanya, membutuhkan pembentukan pemerintahan Palestina baru di bawah pengawasan internasional, yang menjauhkan Hamas dari kendali keamanan dan ekonomi di wilayah tersebut.
Penyiksaan terhadap Dokter Gaza di Penjara Israel
Sementara itu, The Guardian melaporkan kesaksian para dokter dari Gaza yang mengklaim mengalami penyiksaan berbulan-bulan di penjara Israel sebelum akhirnya dibebaskan tanpa dakwaan.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa lebih dari 160 dokter masih ditahan. Seorang ahli bedah yang ditangkap saat sedang melakukan operasi darurat mengatakan bahwa ia mengalami berbagai bentuk penyiksaan berat.
Dokter tersebut juga menyebut bahwa para sipir penjara Israel “ingin memastikan bahwa ia tidak akan mampu melakukan operasi bedah lagi di masa depan.”
Trump dan Upayanya Mengubah Tatanan Dunia
Dalam kolom yang ditulis oleh Ishaan Tharoor di The Washington Post, disebutkan bahwa mantan Presiden AS Donald Trump berupaya membentuk ulang tatanan dunia dengan mendorong dominasi negara-negara besar melalui kesepakatan bilateral, bukan sistem multilateral.
Tharoor menambahkan bahwa Trump mengusung kebijakan “America First” dan lebih memilih bekerja sama dengan pemerintahan otoriter, mengesampingkan aliansi tradisional AS dengan Eropa.
Kolom tersebut ditutup dengan pernyataan bahwa Trump berusaha mengurangi peran AS dalam tatanan global saat ini dan ingin membuktikan bahwa sistem yang dikendalikan oleh kekuatan besar masih memungkinkan untuk kembali diterapkan.
Sumber: Al Jazeera