Spirit of Aqsa– United Nations Population Fund (UNFPA) PBB menyatakan, malnutrisi di Jalur Gaza menjadi ancaman serius bagi ibu hamil dan bayi baru lahir. Organisasi tersebut mengungkapkan, Jalur Gaza saat ini menyaksikan peningkatan jumlah kelahiran bayi yang meninggal dan penurunan berat badan karena mengalami malnutrisi dan keterlambatan pertumbuhan.

“Kelahiran bayi dengan berat badan rendah semakin umum di Gaza,” cuit UNFPA di akun X, dikutip Senin (22/7/2024).

Ribuan anak menghadapi risiko kematian akibat malnutrisi dan kekurangan suplemen makanan karena blokade Israel yang diberlakukan di Gaza. Hal itu juga dipengaruhi larangan masuknya bantuan kemanusiaan dan pasokan medis di tengah perang yang sedang berlangsung.

Data yang dirilis oleh Kantor Informasi Pemerintah di Gaza menunjukkan, 34 anak telah meninggal akibat kelaparan di wilayah tersebut, dan 3.500 anak terancam kematian karena malnutrisi dan kekurangan pangan.

Kelaparan terjadi di seluruh wilayah Gaza. Anak-anak di sana meninggal akibat kekurangan gizi. Pekan lalu, sekelompok pakar hak asasi manusia independen yang diamanatkan PBB menyoroti soal ini.

Sejak awal Mei 2024, serangan menyebar ke Gaza selatan, berdampak pada aliran bantuan ke wilayah tersebut di tengah pembatasan yang dilakukan Israel.

Kelompok yang terdiri dari 11 ahli hak asasi manusia tersebut mencatat kematian tiga anak berusia 13, 9 tahun, dan enam bulan akibat kekurangan gizi di wilayah selatan Khan Younis dan wilayah tengah Deir Al-Balah sejak akhir Mei.

“Dengan kematian anak-anak ini karena kelaparan meskipun telah mendapat perawatan medis di Gaza tengah, tidak ada keraguan bahwa kelaparan telah menyebar dari Gaza utara ke Gaza tengah dan selatan,” kata para ahli, dikutip dari Channel News Asia.

Pernyataan mereka, yang ditandatangani oleh para ahli termasuk pelapor khusus mengenai hak atas pangan, Michael Fakhri, mengutuk kampanye kelaparan Israel yang disengaja dan ditargetkan terhadap rakyat Palestina. Misi diplomatik Israel di Jenewa mengatakan pernyataan itu merupakan informasi keliru.

Di rumah sakit Khan Younis, wanita Palestina Ghaneyma Joma khawatir putranya akan mati kelaparan.

“Sungguh menyedihkan melihat anak saya, terbaring sekarat karena kekurangan gizi, saya tidak dapat memberikan apapun kepadanya akibat perang, penutupan penyeberangan, dan air yang terkontaminasi,” katanya sambil duduk di lantai di samping putranya yang tidak bergerak. yang dipasang infus di pergelangan tangannya.

Secara formal, ada atau tidaknya kelaparan ditentukan oleh pemantau global yang didukung PBB yang disebut Integrated Food Security Phase Classification (IPC), melakukan penilaian berdasarkan serangkaian kriteria teknis.

Bulan lalu IPC mengatakan Gaza masih berisiko tinggi mengalami kelaparan karena perang terus berlanjut dan akses bantuan dibatasi.

Lebih dari 495.000 orang di Gaza, atau sekitar seperlima populasi menghadapi tingkat kerawanan pangan yang paling parah atau bencana, turun dari perkiraan 1,1 juta pada data sebelumnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here