Gerakan pejuang Hamas mengumumkan bahwa putaran baru negosiasi gencatan senjata telah dimulai pada Selasa. Hamas menegaskan pihaknya menangani perundingan ini dengan “keseriusan dan sikap positif,” serta berharap hasilnya mencakup pembukaan perlintasan, masuknya bantuan kemanusiaan, dan kesepakatan pertukaran tahanan.
Dalam pernyataan video yang disampaikan oleh pemimpin Hamas, Abdul Rahman Syadid, ia menuduh penjajah Israel berupaya mengusir warga Palestina dari Tepi Barat dan Al-Quds yang diduduki. Hamas juga menyerukan kepada Otoritas Palestina agar menghentikan koordinasi keamanan dengan Israel dan berhenti memburu para pejuang.
Syadid menekankan bahwa pendudukan Israel terus melakukan berbagai bentuk penyiksaan terhadap penduduk Kamp Jenin, menggunakan segala jenis senjata, tank, dan drone. Sementara itu, mereka juga terus melakukan kejahatan mengerikan terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat, bersamaan dengan pemblokiran bantuan masuk ke Gaza.
Seruan kepada Otoritas Palestina untuk Menghentikan Koordinasi
Syadid menambahkan bahwa kejahatan ini “terjadi bersamaan dengan terus berlanjutnya koordinasi keamanan oleh Otoritas Palestina, termasuk memburu dan membunuh para pejuang. Terbaru, Abdul Rahman Abu Al-Muna gugur sebagai syahid pada Senin (11/3), menjadikan jumlah yang tewas di tangan Otoritas Palestina lebih dari 20 orang sejak Oktober 2023.”
Lebih lanjut, Syadid menyoroti bahwa Israel terus mencegah masuknya bantuan, listrik, dan pangan ke Gaza. Ia menegaskan bahwa tindakan ini merupakan pelanggaran nyata terhadap perjanjian gencatan senjata dan ancaman serius bagi kehidupan lebih dari dua juta warga Palestina yang telah menjadi korban pembantaian dan genosida brutal.
Syadid juga menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya yang “fasis” sedang menjalankan rencana untuk mengusir warga Palestina dari Al-Quds dan Tepi Barat, serta melakukan yahudisasi situs-situs suci dengan mengubah karakter demografi kawasan tersebut. Ia menekankan bahwa tindakan ini merupakan pelanggaran terhadap semua konvensi internasional dan menunjukkan penghinaan terhadap komunitas global.
Ia memperingatkan bahwa tindakan Israel dapat membahayakan keamanan kawasan dan dunia. Oleh karena itu, ia menyerukan negara-negara Arab untuk mendukung ketahanan rakyat Palestina di tanah mereka dan bersikap tegas terhadap rencana yang mencerminkan kegagalan pendudukan dalam perangnya di Gaza.
Syadid juga mengungkapkan bahwa Israel telah menghancurkan puluhan rumah dan infrastruktur di Jenin, menyebabkan sekitar 20.000 warga mengungsi, serta melakukan puluhan penggerebekan ke rumah-rumah warga sipil tak bersenjata.
Lebih lanjut, ia menuduh Israel menangkap dan menyiksa puluhan warga dalam interogasi lapangan, termasuk mantan tahanan yang telah dibebaskan, serta membunuh puluhan lainnya. Hal serupa juga terjadi di Kota dan Kamp Tulkarm, di mana Israel menghancurkan puluhan rumah dan mengusir lebih dari 22.000 warga.
Menurut Syadid, selama bulan Ramadan, Israel meningkatkan serangannya ke berbagai kota dan kamp pengungsi di Tepi Barat, menggunakan penembak jitu, kendaraan militer, dan drone. Ia juga menyebutkan bahwa Israel telah menghancurkan 79 rumah dan toko milik warga Palestina dalam satu bulan terakhir.
Selain itu, Syadid mengungkapkan bahwa Israel memiliki rencana untuk membangun lebih dari 2.200 unit pemukiman baru, baik di Tepi Barat maupun di Al-Quds. Namun, ia menegaskan bahwa Al-Quds dan Tepi Barat akan tetap teguh melawan pendudukan.
Seruan untuk Mempertahankan Masjid Al-Aqsa
Syadid mengecam tindakan Israel yang terus menyerang kesucian Masjid Al-Aqsa dan menghalangi hak umat Islam untuk beribadah di dalamnya. Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut adalah bentuk terorisme dan pelanggaran terhadap semua hukum agama dan internasional, serta tidak akan berhasil menghapus identitas Islam dari masjid tersebut.
Ia menyerukan kepada seluruh warga Palestina di Al-Quds dan Tepi Barat untuk berangkat ke Masjid Al-Aqsa dan melakukan ribat (bertahan) di dalamnya guna menggagalkan rencana musuh.
Syadid juga mendesak Otoritas Palestina agar menghentikan koordinasi keamanan dengan Israel, berhenti menekan para pejuang, dan merespons seruan nasional untuk melawan rencana pendudukan.
Seruan kepada Negara-Negara Arab
Dalam pernyataan yang disampaikan Syadid, Hamas juga meminta Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk mengambil tindakan guna melindungi tempat-tempat suci Islam dan mencegah upaya yahudisasi.
Selain itu, Hamas menyerukan kepada negara-negara Arab, PBB, dan komunitas internasional untuk menghentikan proyek “Yerusalem Raya” yang dirancang oleh Israel.
Syadid menegaskan bahwa penutupan perlintasan Gaza adalah kejahatan perang, pelanggaran Konvensi Jenewa, dan bentuk hukuman kolektif terhadap warga sipil. Ia mengecam penggunaan perlintasan sebagai alat tekanan politik, serta mendesak para mediator agar menekan Netanyahu untuk mematuhi perjanjian yang telah disepakati.
Hamas juga menuding pemerintahan Amerika Serikat bertanggung jawab secara moral, hukum, dan kemanusiaan atas dukungannya terhadap pemerintah Israel yang terus melakukan kejahatan mengerikan dan melanggar hukum internasional di Gaza dan Tepi Barat.
Gerakan tersebut mendesak komunitas internasional, lembaga-lembaga dunia, dan organisasi kemanusiaan untuk mengambil langkah nyata dalam menekan Israel agar menghentikan kejahatannya yang berbahaya bagi keamanan kawasan dan dunia.