Hamas menyerukan kepada warga Palestina, dunia Arab, dan umat Islam untuk menggelar aksi global pada Jumat, Sabtu, dan Ahad mendatang sebagai bentuk penolakan terhadap rencana Presiden AS Donald Trump yang ingin mengusir warga Palestina dari Gaza dan merebut wilayah tersebut.
Dalam pernyataannya, Hamas mengajak rakyat Palestina, dunia Arab dan Islam, serta para pembela keadilan di seluruh dunia untuk turun ke jalan dalam aksi solidaritas di berbagai kota dan alun-alun, menolak rencana pengusiran paksa rakyat Palestina dari tanah mereka.
Hamas menegaskan bahwa hari-hari tersebut harus menjadi momentum perlawanan global terhadap kebijakan pengusiran dan pemindahan paksa yang didukung oleh Israel dan sekutunya.
Gerakan ini juga menegaskan bahwa aksi-aksi tersebut merupakan bentuk dukungan terhadap hak-hak sah rakyat Palestina untuk membela tanah air mereka, termasuk hak atas kebebasan, kemerdekaan, dan menentukan nasib sendiri, serta membebaskan diri dari Israel.
Hamas juga mengapresiasi sikap internasional yang menunjukkan solidaritas dengan warga Palestina di Gaza.Pada 4 Februari lalu, Presiden AS Donald Trump dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih mengungkapkan rencana negaranya untuk mengambil alih Gaza setelah mengusir warga Palestina ke negara lain, termasuk Mesir dan Yordania.
Rencana Trump tersebut mendapat kecaman luas dari Palestina, negara-negara Arab, dan komunitas internasional, meskipun mendapat dukungan besar dari berbagai spektrum politik di Israel.
Sementara itu, pada 19 Januari lalu, kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tawanan antara Hamas dan Israel mulai berlaku. Kesepakatan ini terdiri dari tiga tahap, masing-masing berlangsung selama 42 hari, dengan tahap pertama mencakup pertukaran tawanan dan pengiriman bantuan kemanusiaan, serta negosiasi untuk tahap kedua dan ketiga dengan mediasi Mesir dan Qatar serta dukungan AS.
Antara 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari 2025, Israel dengan dukungan AS telah melakukan genosida di Gaza, menewaskan dan melukai sekitar 160.000 warga Palestina, sebagian besar adalah anak-anak dan wanita, serta menyebabkan lebih dari 14.000 orang hilang.