Aksi pengusiran paksa kembali terjadi di Tepi Barat. Senin malam (11/8), gerombolan pemukim Israel yang mendapat perlindungan langsung dari tentara Israel, memaksa 30 keluarga Palestina membongkar rumah mereka dan meninggalkan kawasan Ain Ayoub, di barat laut Ramallah, Tepi Barat yang diduduki.
Organisasi Al-Baidar untuk Pembelaan Hak-Hak Badui mengungkapkan, komunitas Arab al-Jahalin di Ain Ayoub telah menghadapi serangkaian serangan dalam beberapa hari terakhir. Serangan itu mencakup pembakaran rumah dan gudang, peracunan ternak, serta aksi teror terhadap perempuan dan anak-anak.
“Yang terjadi di Ain Ayoub adalah bentuk pengusiran paksa yang terencana, bagian dari strategi Israel untuk mengosongkan wilayah Palestina demi perluasan permukiman,” tegas Al-Baidar dalam pernyataannya.
Organisasi itu menambahkan, seluruh aksi dilakukan di bawah perlindungan tentara Israel, yang terus memberikan ruang aman bagi pemukim untuk menyerang komunitas-komunitas Badui di Tepi Barat.
Status Militer & Peningkatan Kekerasan
Sehari sebelumnya, Ahad (10/8), tentara Israel menetapkan Ain Ayoub sebagai “zona militer tertutup” dan melarang masuk siapa pun kecuali warga setempat, termasuk relawan dan aktivis internasional.
Data Al-Baidar mencatat, sejak awal 2024, pola serangan pemukim di Tepi Barat semakin sistematis. Pada Juli 2025 saja, tercatat 466 serangan terhadap warga Palestina dan properti mereka, mengakibatkan empat warga gugur dan dua komunitas Badui (total 50 keluarga) terusir dari tanah mereka.
Menurut laporan Otoritas Palestina, sejak dimulainya agresi Israel di Gaza pada 7 Oktober 2023, tentara dan pemukim Israel telah membunuh sedikitnya 1.013 warga Palestina di Tepi Barat, termasuk di Al-Quds, melukai sekitar 7.000 orang, dan menangkap lebih dari 18.500 lainnya.
Paralel dengan Genosida di Gaza
Pengusiran di Tepi Barat terjadi di tengah genosida yang terus berlangsung di Jalur Gaza. Dukungan penuh Amerika Serikat membuat Israel mengabaikan seruan dunia dan perintah Mahkamah Internasional untuk menghentikan operasi militer.
Data resmi Palestina menyebutkan, hingga kini agresi Israel di Gaza telah menewaskan 61.499 orang, melukai 153.575 lainnya, dan membuat lebih dari 9.000 orang hilang. Ratusan ribu warga mengungsi, sementara kelaparan merenggut nyawa banyak orang, termasuk puluhan anak.
Al-Baidar mendesak lembaga-lembaga HAM dan media internasional untuk segera turun tangan, mendokumentasikan kejahatan ini, dan menyampaikannya ke publik dunia. “Tanpa tekanan global, gelombang pengusiran dan kekerasan akan terus menyapu komunitas Palestina di Tepi Barat,” tegas Hassan Mlihhat, Direktur Eksekutif Al-Baidar.