Selama 21 bulan agresi brutal Israel di Gaza, dunia olahraga Palestina kehilangan ratusan atlet terbaiknya. Dari lapangan hijau hingga gelanggang bela diri, tubuh-tubuh penuh semangat kini berguguran sebagai syuhada, atau tergeletak lumpuh akibat luka yang tak tersembuhkan. Sementara itu, puluhan fasilitas olahraga vital dihancurkan hingga rata dengan tanah.

Menurut laporan resmi Federasi Sepak Bola Palestina (PFA) yang dirilis Mei lalu, sejak dimulainya genosida pada 7 Oktober 2023, sebanyak 582 atlet Palestina gugur sebagai syuhada, termasuk 22 orang hanya dalam tahun 2025 ini. Angka itu belum termasuk 270 anggota federasi dari kalangan pemain dan staf yang ikut menjadi korban.

Agresi ini tak hanya menghentikan total aktivitas olahraga di Gaza, tapi juga melumpuhkan banyak kegiatan di Tepi Barat dan Al-Quds. Dampaknya begitu dalam, bukan hanya secara fisik, tapi juga secara moral dan teknis, meruntuhkan struktur olahraga yang selama ini dibangun dengan susah payah.

600 Syahid, Ribuan Luka, dan Fasilitas Hancur

Data terbaru dari Kantor Berita Palestina WAFA menyebut jumlah syuhada di kalangan dunia olahraga telah mencapai 600 orang, sementara ribuan lainnya mengalami luka-luka, banyak di antaranya kehilangan anggota tubuh dan mengakhiri karier mereka sebelum sempat bersinar.

Total 286 fasilitas olahraga dihancurkan, termasuk markas Komite Olimpiade Palestina di Gaza dan Stadion Faisal Al-Husseini. Bahkan, sebagian besar korban berasal dari cabang olahraga populer seperti sepak bola dan gulat, di mana amputasi menjadi akhir pahit bagi atlet-atlet muda yang belum sempat mencetak sejarah.

“Kenapa Israel Tidak Dihukum?”

Ironisnya, ketika dunia menjatuhkan sanksi terhadap Rusia dan Belarus akibat perang di Ukraina (hingga melarang partisipasi tim nasional mereka di Olimpiade Paris 2024) komite paralimpiade internasional justru menolak menjatuhkan hukuman serupa kepada Israel.

Pada 10 Mei 2024, Ketua Komite Paralimpiade Internasional, Andrew Parsons, menyatakan bahwa konflik tidak boleh mempengaruhi partisipasi negara dalam ajang Olimpiade, dan Israel tetap diizinkan tampil penuh tanpa sanksi, meski saat itu telah membunuh lebih dari 35.000 warga sipil, termasuk 193 atlet Palestina.

Parsons bahkan mencoba membenarkan standar ganda itu dengan menyebut bahwa larangan terhadap Rusia dan Belarus dilakukan karena mereka “menyalahgunakan lembaga olahraga untuk mendukung perang”. Tapi bagaimana dengan Israel, yang justru menghancurkan lembaga-lembaga olahraga?

Daftar Syuhada Dunia Olahraga Palestina

Beberapa nama syuhada olahraga yang tercatat dalam sejarah agresi ini antara lain:

Sepak Bola

  • Muhammad Barakat – striker legendaris Gaza, mencetak 100 gol untuk Klub Shabab Khan Younis. Gugur dalam serangan udara di rumahnya, 11 Maret 2024.
  • Shadi Abu Al-Araj – kiper tim sepak bola pantai Palestina. Syahid dalam pembantaian di kawasan Al-Mawasi, 13 Juli 2024.
  • Hani Al-Masdar – mantan pelatih tim nasional U-23. Gugur dalam serangan di Deir Al-Balah, 6 Januari 2024.
  • Rashid Dabour – striker aktif dari klub Al-Ahly Beit Hanoun. Gugur bersama keluarganya dalam serangan ke rumah mereka, 10 Oktober 2023.
  • Imad Abu Taimah – pemain muda timnas U-20, gugur bersama 10 anggota keluarganya dalam serangan udara Oktober 2024.

Bola Voli

  • Ibrahim Qasi’ah & Hassan Zuaiter – peraih medali perunggu Asian Games 2023. Gugur dalam pemboman di kamp pengungsi Jabalia, 14 November 2023.

Karate

  • Nagham Abu Samrah – juara nasional karate 2019, pendiri klub khusus putri. Gugur di Mesir setelah terluka dalam serangan udara di Gaza, 12 Januari 2024.

Paralimpiade

  • Ahmad Al-Dali – atlet sepeda difabel dan pemain amputee football. Gugur dalam serangan di Khan Younis, 15 Mei 2025.
  • Majed Abu Marahil – pelari pertama Palestina di Olimpiade Atlanta 1996. Syahid di kamp Nuseirat, 11 Juni 2024 karena gagal ginjal setelah akses obat diputus Israel.

Olimpiade Tanpa Keadilan

Di saat Israel diberi karpet merah untuk tampil penuh di Paris 2024, olahraga Palestina terkubur bersama darah para pejuangnya. Anak-anak yang dulu bermain bola di reruntuhan kini menjadi barisan syuhada, dan stadion berubah menjadi puing-puing.

Apa artinya “semangat Olimpiade” bila nyawa ratusan atlet dibungkam oleh roket, dan dunia memilih diam?

Sumber: Al Jazeera, WAFA, berbagai situs olahraga Palestina

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here