Spirit of Aqsa, Palestina- Sekitar 100 dokter penjajah Israel menandatangani surat terbuka yang menyerukan tentara mengebom rumah sakit di Gaza. Dalam surat yang diterbitkan media Israel para dokter mengatakan Hamas menggunakan rumah sakit itu sebagai markas.

“Organisasi teroris menggunakan rumah sakit-rumah sakit sebagai markas mereka, selama bertahun-tahun warga Israel menderita akibat teror mematikan,” kata para dokter seperti dikutip Middle East Eye, Senin (6/11/2023).

Dokter keturunan Inggris-Palestina yang kini berada di Gaza, Ghassan Abu Sitta mengecam surat terbuka tersebut di media sosial X. “100 dokter Israel menandatangani petisi menyerukan penghancurkan rumah sakit di seluruh Gaza, Orang-orang baik dengan sikap perguruan tinggi yang baik. Mereka pasti mengambil sumpah Hipokrates yang sama seperti Harold Shipman,” tulisnya.

Ia merujuk pada seorang dokter Inggris dan pembunuh berantai yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada 2000. Sejak 7 Oktober lalu penjajah Israel berulangkali membom rumah sakit-rumah sakit Gaa. Dalam serangan tersebut angkatan bersenjata Israel menghancurkan pemukiman dan membom rumah sakit dan infrastruktur sipil.

Pada pertengahan Oktober angkatan bersenjata Israel membom rumah sakit al-Ahli, menewaskan 471 orang. Dalam satu pekan daerah rumah sakit al-Quds juga berulang kali dibom, menyebabkan pasien yang terluka menderita karena menghirup asap.

Pengeboman di dekat rumah sakit, tempat 14.000 warga Palestina berlindung, menyebabkan kerusakan pada rumah sakit dan membuat orang-orang panik. Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan pada 3 November pesawat tempur Israel mengebom pintu masuk rumah sakit terbesar di Gaza, al-Shifa, menyebabkan sedikitnya 15 orang syahid dan 60 lainnya luka-luka.

Bom juga dijatuhkan di halaman Rumah sakit Indonesia. “Saya ngeri dengan laporan serangan di Gaza terhadap konvoi ambulans di luar Rumah Sakit al-Shifa,” kata Sekjen PBB Antonio Guterres pada Jumat (3/11/2023) malam.

“Gambar mayat yang berserakan di jalan di luar rumah sakit sungguh mengerikan, selama hampir satu bulan, warga sipil di Gaza, termasuk anak-anak dan perempuan, telah dikepung, tidak diberi bantuan, dibunuh, dan rumah mereka dibom, ini harus dihentikan,” tambahnya.

Sumber medis dan keamanan mengatakan sejak Sabtu (4/11/2023) warga Palestina yang terluka dan pemegang paspor asing dilarang meninggalkan Gaza melalui penyeberangan Rafah. Salah satu sumber keamanan dan medis mengatakan evakuasi dihentikan setelah serangan Israel pada Jumat terhadap ambulans yang mengangkut orang-orang terluka di Gaza.

Ambulans juga menjadi sasaran selama perang, dan setidaknya 15 ambulans tidak dapat digunakan sama sekali.

Sumber: Middle East Eye, Republika

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here