Spirit of Aqsa– Surat kabat asal Inggris, Independent, membuat sebuah laporan tentang pengakuan seorang dokter anak, Jane Crawley, yang tengah bertugas di Jalur Gaza. Jane menyebut Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sedang berperang melawan anak-anak. Netanyahu merampok masa kecil anak-anak Gaza dan menggantinya dengan kekerasan, kehancuran, dan kelaparan.

Jane bercerita tentang satu kasus yang dia tangani, yakni kisah Fatimah (3 tahun). Fatimah bersama keluarganya  tinggal di sebuah pusat pengungsian milik PBB di Kota Rafah, Jalur Gaza Selatan. Fatimah sempat terjebak di bawah reruntuhan selama enam jam saat Israel mengebom rumahnya.

Fatimah berhasil diselamatkan dan dibawa ke rumah sakit. Namun, ia harus kehilangan tangan kiri. Serangan udara tanpa henti yang dilakukan Israel membuat Fatimah sekeluarga tak pernah hidup tenang.

Dalam dua minggu terakhir, Fatima sudah duakali diare dan sekarang menderita radang paru-paru. Dia juga tak bisa tidur nyenyak karena lapar, haus, dan ketakutan.

Anak-anak tak Mendapatkan Perawatan Medis

Jane mengatakan, periode kehamilan dan usia tiga tahun sangat penting untuk kesehatan serta pertumbuhan anak, selain kesehatan emosional dan sosial. Sebab itu merupakan masa pertumbuhan otak, ada peningkatan besar dalam kompleksitas dan konektivitasnya sebagai respons terhadap interaksi anak dengan lingkungannya, yang berarti berdampak pada masa mendatang.

Fatima hidup tanpa lima elemen perawatan, yaitu keamanan, kesehatan, nutrisi yang baik, perawatan, dan dorongan untuk eksplorasi dan pembelajaran dari lingkungan. Hal itu secara negatif memengaruhi perkembangannya secara emosional dan kognitif, dengan dampak yang merusak pada masa depan.

Tidak Ada Tempat untuk Bermain

Jane mencatat, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, dan orang-orang cacat merupakan kelompok paling rentan terhadap risiko kelaparan. Dari 31 orang meninggal karena kelaparan dan dehidrasi, 27 di antaranya adalah anak-anak.

10% dari anak-anak di bawah usia dua tahun di Rafah, dan 31% di utara Gaza menderita malnutrisi akut, dibandingkan dengan kurang dari 1% sebelum krisis saat ini.

Fatima adalah salah satu dari ribuan anak di Gaza yang menjadi yatim piatu atau terpisah dari orangtuanya selama krisis. Banyak anak-anak dirawat oleh orang yang tak punya tali kekeluargaan. Di sisi lain, orang yang merawat anak-anak itu juga menghadapi kesulitan yang sama, kelaparan hingga kurangnya privasi.

Tidak ada tempat aman di Jalur Gaza. Taman kanak-kanak dan fasilitas pendidikan sudah hancur atau rusak. Orang-orang sangat takut untuk bergerak, sehingga Fatima yang mengalami trauma dan kekerasan tidak memiliki tempat untuk melakukan eksplorasi, bermain, dan belajar.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here