Spirit of Aqsa, Palestina- Sejak operasi Taufan Al-Aqsa, penjajah Israel sudah menangkap 200 orang lebih warga Palestina di Al-Quds. Sebagian besar dari mereka dituduh melakukan penghasutan dan solidaritas di situs media sosial. Banyak pula yang ditangkap dengan status tahanan administratif.
Pada 9 Oktober lalu, gerombolan tentara Israel menyerang rumah murabitha Masjid Al-Aqsa, Hanadi Al-Halawani. Anak dan suami Hanadi juga diserang, selain menggeledah rumah. Bahkan, tentara Israel menelanjangi bayi kecil berusia dua minggu untuk digeledah.
Setelah menjalani penyelidikan, Hanadi ditempatkan di Penjara Damoun. Dia bahkan menjadi sasaran penyerangan fisik dan verbal. Dia ditangkap hanya karena postingan di media sosial.
Hanadi diperiksa terkait postingan yang dia terbitkan terkait Taufan Al-Aqsa. Dia menulis, “Ya Allah, kesejukan dan damai sejahtera atas saudara kami di Gaza. Berwudhulah, karena shalat di Al-Quds sudah sangat dekat.”
Pada 13 Oktober, pasukan penjajah Israel menyerbu rumah guru Al-Quds, Shaima Hindi, seorang ibu dari seorang anak. Dia ditangkap secara paksa. Saudara laki-laki yang berusaha membela langsung dianiaya dan diancam dibunuh. Sampai hari ini, dia masih ditahan karena dicurigai dari hasutan dan solidaritas.
Penjajah Israel juga menangkap pengacara Al-Quds Asala Abu Khudair. Dia ditangkap pada 16 Oktober dan ditahan selama tiga hari. Dia dipanggil untuk penyelidikan dan izin praktik profesi hukumnya dibekukan.
Ketua Komite Keluarga Tahanan Al-Quds, Amjad Abu Asab, mengatakan, penangkapan dengan latar belakang “hasutan” di situs media sosial berdampak pada anak di bawah umur, anak perempuan, ibu, dan pemuda.
Gerombolan polisi Israel juga melakukan penangkapan dengan tangan besi. Mereka melakukan pemukulan, penganiayaan, dan pertumpahan darah.
Bahkan, zionis Israel mendirikan pos-pos baru yang khusus menangani masalah media sosial. Rakyat Palestina yang dianggap membela Hamas langsung ditangkap tanpa peringatan.
“Siapa pun yang ingin menunjukkan solidaritas dan mendukung Gaza kini diundang untuk menaiki bus yang menuju ke pos. Kami dalam keadaan perang dan tidak akan pernah mentolerir insiden apa pun, dan tidak ada izin untuk melakukan protes. Semua kantor pemerintah menentang yang ditangkap, sama seperti kami terhadap penjahat,” kata Komisaris Jenderal Polisi Israel, Kobi Shabtai.