Spirit of Aqsa-– Seraj Yassin, seorang anak Palestina berusia 10 tahun, memasuki salah satu ruang perawatan rumah sakit yang penuh sesak di Gaza dengan menggunakan kursi roda. Mengenakan kaos berwarna hijau, tubuhnya terlihat sangat kurus akibat leukemia yang menyerang sistem imun, sehingga ia kehilangan kekuatan dan tidak bisa berjalan.
Petugas medis mengungkapkan, kemoterapi dapat membantu Seraj sembuh. Tetapi, dia tidak dapat menerima perawatan tersebut di Gaza. Seraj juga tidak dapat meninggalkan wilayah tersebut untuk berobat karena Israel menutup satu-satunya akses keluar melalui perbatasan Rafah yang menghubungkan Gaza dengan Mesir.
“Sejak dua minggu lalu, saya berhenti bisa berjalan. Kondisi saya semakin buruk setiap hari, saya kehilangan banyak hal dan merasa semakin terpuruk. Tulang saya sakit. Saya ingin keluar dari Gaza untuk berobat dan kembali bermain seperti dulu,” kata Seraj, dikutip tayangan Aljazeera, Rabu (5/6/2024).
Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa merupakan salah satu dari sedikit rumah sakit yang masih beroperasi di Gaza, sementara sebagian besar sistem kesehatan telah runtuh akibat serangan Israel yang berlangsung selama delapan bulan.
Penduduk berbondong-bondong datang ke rumah sakit yang terletak di Deir al-Balah, pusat Gaza, untuk mendapatkan perawatan medis dasar. Deir al-Balah adalah kota terakhir yang belum dikuasai oleh pasukan Israel.
Namun, para dokter mengatakan mereka tidak bisa merawat pasien dengan penyakit serius seperti Seraj. Mereka tidak dapat mengirim pasien keluar dari wilayah tersebut untuk mendapatkan perawatan sejak Israel melancarkan serangan di Rafah bulan lalu dan menutup perbatasan satu-satunya itu.
Obat Pereda Nyeri
Satu-satunya yang dapat diberikan kepada Seraj di Gaza adalah obat pereda nyeri. Dokter yang merawat Seraj, Ziad Abu Faris, mengatakan, “Kondisi Seraj hanyalah satu dari ratusan kasus, baik itu kanker, meningitis, atau penyakit kronis lainnya. Ada banyak anak yang membutuhkan perawatan di luar negeri.”
Mariam, ibu Seraj, mengatakan bahwa putranya telah mendapatkan izin darurat untuk evakuasi medis dan berharap dapat membawanya keluar sebelum perbatasan ditutup. “Ia membutuhkan kemoterapi, juga transplantasi sumsum tulang. Saya berharap perbatasan dibuka agar kami bisa keluar dan anak saya bisa kembali seperti semula,” ucapnya.
Israel menutup perbatasan Rafah bulan lalu selama serangannya di kota yang terletak di ujung selatan Gaza, tempat sekitar setengah penduduk Gaza berlindung. Pejabat kesehatan di Gaza melaporkan bahwa serangan Israel di wilayah tersebut telah menyebabkan lebih dari 36 ribu orang tewas.