Spirit of Aqsa, Palestina- Brigade Golani merupakan pasukan elite di militer Israel. Namun, brigade yang dianggap salah satu paling terkuat di jajaran militer Israel itu tak berkutik di hadapan para pejuang kemerdekaan Palestina.
Brigade Infanteri Golani Israel didirikan pada 22 Februari 1948, oleh Perdana Menteri pertama Israel, David Ben-Gurion, dan pendiriannya terjadi setelah pembagian Brigade Levanoni, yang bertempur di perbatasan Lebanon, menjadi dua brigade. Yang pertama adalah Brigade Golani dan yang kedua adalah Brigade Carmeli. Brigade tersebut ditempatkan di lembah dan perbukitan Galilea, dan termasuk tentara Haganah, penduduk pemukiman, dan rekrutan dari seluruh Israel.
Brigade Golani berafiliasi dengan Divisi Angkatan Darat ke-36, dan terkait dengan Komando Utara. Ini adalah brigade pertama dan satu-satunya yang melanjutkan tugasnya sejak berdirinya tentara Israel. Brigade ini dibagi menjadi 4 batalyon: Habukim-Harashon”, Barak, Gideon, dan “Pengintaian”.
Brigade Golani berpartisipasi dalam Nakba pada 1948, dan melakukan pembantaian di sana. Mereka juga berpartisipasi dalam semua perang militer yang dilancarkan Israel melawan negara-negara Arab dan Palestina. Brigade itu juga berpartisipasi dalam semua perang yang dilancarkan tentara melawan Gaza, yang terakhir adalah pada Operasi Pedang Besi pada 2023, sebelum dipukul mundur. Brigade tersebut dikalahkan setelah 60 hari pertempuran, yang selama itu menderita kerugian besar.
Komandan Dipecat
Pukulan telak tersebut didapatkan setelah mereka dipaksa mundur dari Gaza oleh pasukan perlawanan Palestina. Jajaran tinggi pasukan penjajahan Israel (IDF) belakangan mengumumkan pemecatan salah satu komandan brigade itu sehubungan kekalahan dalam pertempuran di Shujaiya di Jalur Gaza.
Channel 12 Israel melaporkan, komandan Batalyon Infanteri 51 di Brigade Golani memecat seorang komandan kompi karena membahayakan sekelompok tentara di lingkungan Shujaiya tersebut. Komandan tersebut diketahui memaksa pasukannya masuk ke dalam rumah yang dicurigai telah dipasangi jebakan oleh pejuang Palestina.
Batalyon Infanteri 51 adalah pasukan pemukul dari brigade tersebut. Pemecatan komandan ini menambah panjang daftar keretakan di pasukan elite Israel itu yang telah terjadi bahkan jauh sebelum Operasi Badai al-Aqsa. Pada April, sejumlah tentara di brigade itu dihukum penjara karena memprotes penempatan seorang komandan baru.
Keputusan memecat komandan batalyon Israel yang terkini terjadi beberapa hari setelah pimpinan tentara pendudukan memutuskan untuk menarik tentara dari brigade tersebut, yang digambarkan sebagai brigade elite di tentara Israel.
Situs berita Walla dan Channel 12 Israel melaporkan bahwa setelah sekitar dua bulan di Gaza, dan hilangnya 44 pejuang, pejuang Brigade Golani meninggalkan Jalur Gaza untuk mengatur napas dan mengunjungi keluarga mereka selama beberapa hari.
“Setelah sembilan hari konfrontasi yang sulit di lingkungan Shujaiya (timur Kota Gaza), di mana komandan mereka, Letnan Kolonel Tomer Greenberg, dan 8 perwira serta pejuang lainnya terbunuh, pejuang Brigade Golani meninggalkan Gaza,” demikian laporan Channel 12.
Menyusul keputusan penarikan mundur itu, sebuah klip video tersebar di media sosial yang menunjukkan adegan kegembiraan luar biasa yang melanda para prajurit Brigade Golani segera setelah mereka diberitahu komandan mereka.
Penyergapan Shujaiya
Mengutip Aljazeera, puluhan tentara Golani tewas dalam Operasi Banjir al-Aqsa yang dilancarkan oleh pejuang Palestina yang dipimpin oleh Al-Qassam pada 7 Oktober 2023. Tak sedikit pula pasukan yang tewas dalam pertempuran darat di Jalur Gaza, dengan perkiraan kerugian yang semakin besar di kalangan Golani jika pertempuran berlanjut dalam waktu yang lama.
Pada 13 Desember, media Israel mengungkapkan penyergapan yang dilakukan oleh pejuang Brigade al-Qassam terhadap tentara dari Brigade Golani di lingkungan Shujaiya, yang menyebabkan pembunuhan dan cederanya sejumlah besar perwira dan tentara.
Tentara Israel mengizinkan publikasi nama 9 perwira dan prajurit Brigade Golani yang tewas dalam penyergapan tersebut, dan 4 lainnya luka berat. Media Israel menggambarkan pertempuran di Shujaiya sebagai “insiden berbahaya yang berlangsung lebih dari dua jam.” (Republika)