Spirit of Aqsa, Palestina- Ahad (28/1), tentara teroris Israel mengumumkan Kerem Shalom, pintu gerbang utama bagi bantuan kemanusiaan menuju Gaza, kini dianggap sebagai daerah militer terisolasi. Di sisi lain, gerombolan pemukim Israel terus melakukan protes di dekat penyeberangan tersebut, memblokir truk-truk bantuan untuk memasuki Gaza selama empat hari berturut-turut.
Mengutip Al Jazeera, puluhan demonstran Israel menghalangi masuknya truk-truk bantuan dan barang ke Gaza di Kerem Shalom. Mereka terdiri dari keluarga prajurit Israel yang tewas dalam pertempuran di Gaza, perwakilan dari keluarga tawanan, dan tentara cadangan yang baru-baru ini dilepaskan dari dinas militer. Ada juga pemukim yang dievakuasi dari pemukiman di perbatasan dengan Gaza dan Lebanon setelah dimulainya perang.
Para demonstran meminta pemerintah Israel untuk terus berperang dan membebaskan tawanan Israel di Gaza, alih-alih mengizinkan masuknya makanan dan obat-obatan. Mereka berteriak sambil berada di sekitar kerm, “Tidak ada bantuan yang akan lewat sampai semua tawanan kembali.”
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam konferensi pers, menyatakan, pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza diperlukan agar Israel dapat mencapai tujuan perang.
Bantuan tersebut berasal dari luar berbagai negara dan diangkut melalui Israel, yang telah menutup pintu masuk ke Gaza sejak 7 Oktober 2023. Gaza terhubung dengan Israel melalui Kerm Beit Hanoun (Erez) yang diperuntukkan bagi pejalan kaki dan Kerem Shalom untuk lalu lintas barang.
Sumber: Al Jazeera, Anadolu Agency