Spirit of Aqsa, Jakarta – Jalur Gaza seumpama potret gelap mata dunia yang mengabaikan mereka berpuluh-puluh tahun lamanya. Dataran seluas 375 kilometer persegi menjadi hunian bagi dua juta warga Palestina. Tidak ada yang mampu memasuki kawasan tersebut dengan lancar. Hanya ada dua cara, jika tak melewati perbatasan Mesir-Palestina, para pengunjung akan berhadapan dengan wajah garang para penjaga perbatasan di Israel.

Sekitar 90 persen perbatasan Gaza hanya melalui darat. Sementara di laut, rudal-rudal peluru pengawas pantai milik penjajah Israel siap ditembakkan ke orang yang hendak masuk Gaza. Sejak pertengahan 2007, penjajah Israel memberikan kebijakan kontroversial dengan memblokade Gaza dari dunia luar. Upaya ini dilakukan dengan alasan menghentikan serangan roket Hamas yang setiap hari menyasar ke Pemukiman Yahudi.

Lalu, apakah warga Gaza menyerah begitu saja? Dosen Universitas Islam Gaza, Dr. Maher Sabra, menjelaskan, warga Gaza bukan tipe orang yang mudah menyerah. Mereka memanfaatkan semua sumber daya yang ada.

Dr. Maher menjelaskan, keberhasilan warga Gaza bertahan dari blokade penjajah Israel tidak terlepas dari upaya-upaya para aktivis dakwah di daerah tersebut. Para aktivis dakwah tetap berjuang menyebarkan dakwah islamiyah ke generasi muda meski terus dicekal oleh penjajah.

Para aktivis tak hanya berusaha membentengi warga Gaza dari tindakan zalim penjajah Israel, tapi mereka juga berjuang membentengi masayarakat dari serangan ideologi menyimpang. Jadi, bisa dikatakan, jalan dakwah para aktivis tidak semudah di Indonesia.

“Dakwah di Gaza bukan sesuatu yang langsung seperti hari ini kita lihat, Gaza juga tidak terlepas dari tantangan-tantangan dan usaha para penjajah untuk memasukkan berbagai ideologi, gaya hidup yang menyimpang ke dalam kehidupan rakyat Gaza. Tapi, rakyat Gaza selalu sadar dan berusaha melawan berbagai pemikiran ini. Dan kita bisa lihat sekarang, Gaza tegak di atas agamanya dan tegak di atas Ahlussunnah wal jamaah,” kata Dr. Maher dalam diskusi daring, hari ini.

Dr, Maher mengatakan, ada dua langkah dan motivasi yang membuat para aktivis Gaza tak pernah menyerah menyebarkan ajaran Islam ke seluruh lapisan masyarakat Gaza. Pertama, mereka hanya mengharapkan ridha Allah swt.

“Hal itu yang selalu membuat para pejuang Gaza bersemangat untuk berdakwah, karena mereka ingin mencari ridha Allah Swt.,” kata dia. Kedua, para aktivis dakwah Gaza hanya berkhidmat untuk umat Islam dan bangsa mereka.

Salah satu metode yang dilakukan oleh para aktivis dakwah adalah mendidik para generasi muda di lembaga dakwah. Selain itu, mereka juga difasilitasi untuk kuliah sesuai cita-cita mereka masing-masing.

Melalui lembaga dakwah itu, para anak muda Gaza dididik untuk menjadi penerus dakwah sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Sehingga, ketika mereka berhasil menekuni satu bidang profesi seperti dokter, profesi itu hanya dijadikan alat untuk menyebarkan agama Allah.

Semangat itu yang seharusnya ditanamkan oleh para da’i di Indonesia. Profesi hanya alat untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh lapisan masyarakat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here