Spirit of Aqsa– Di sebuah kamp pengungsian di kawasan Mawasi, Khan Younis, Umm Mahmoud Abu Audeh berdiri memandangi tetangga-tetangganya yang mulai mengumpulkan anak-anak mereka di tenda-tenda sekitar. Beberapa detik kemudian, hujan deras turun, merendam tenda dan membasahi seluruh barang-barang mereka yang sederhana.

Umm Mahmoud tak punya persediaan lengkap untuk melindungi tenda dari hujan. Sementara, anak-anaknya sedang sakit dan terpaksa tinggal di dalam tenda ala kadarnya itu.

“Tiba-tiba hujan masuk dari segala arah, kami tidak tahu harus berbuat apa atau ke mana harus pergi. Tenda yang terbuat dari kain ini tidak cocok untuk musim dingin. Kami berharap dunia melihat kami dan melindungi kami, karena kami sudah hampir setahun hidup di jalanan,” ungkapnya, dikutip Al Jazeera, Sabtu (28/9/2024).

Sementara itu, Badriyah Abu Thurayya tidak memiliki terpal atau plastik untuk melindungi keluarganya dari hujan.

“Saya mengalami dua hari terburuk selama pengungsian, kasur dan semua selimut terendam air, saya tidak bisa menyelamatkan barang-barang saya atau anak-anak saya yang bahkan tidak memiliki pakaian musim dingin,” katanya.

Badriyah menambahkan, “Hujan masuk dari segala arah, dari tanah dan atap. Seandainya ada plastik. Kami berharap bisa kembali ke rumah sebelum musim dingin, tidak ada yang peduli dengan penderitaan kami.”

Seluruh pengungsi meminta terpal baru, tenda yang bisa melindungi mereka dari musim dingin, selimut tebal, dan juga pakaian.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel melancarkan pembantaian di Jalur Gaza, menyebabkan lebih dari 136 ribu syahid dan luka-luka, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dan perempuan, serta lebih dari 10 ribu orang hilang.

Lebih dari 1,9 juta warga telah mengungsi dari berbagai wilayah di Jalur Gaza, tersebar di puluhan ribu tenda, ratusan sekolah, dan pusat pengungsian yang juga sering menjadi target serangan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here