Spirit of Aqsa- Pemerintah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dicap munafik setelah mereka meratapi pembantaian warga sipil di Gaza oleh tentara Israel, tapi menyetujui pengiriman ribuan bom dan jet tempur senilai miliaran dolar ke Israel.
Kecaman keras ini disampaikan para senator ternama Amerika, termasuk Bernie Sanders. Pengiriman tersebut mencakup lebih dari 1.800 bom yang masing-masing berbobot 2.000 pon, menurut The Washington Post. Amunisi semacam itu dikaitkan dengan meningkatnya jumlah korban sipil akibat serangan Israel yang tanpa henti dan tanpa pandang bulu di Jalur Gaza, Palestina.
Senator Sanders dari Partai Demokrat menyebut langkah pemerintah Biden sebagai tindakan yang “tidak senonoh”.
“AS tidak bisa memohon kepada [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu untuk berhenti mengebom warga sipil suatu hari nanti dan di hari berikutnya mereka akan mengiriminya ribuan bom lagi seberat 2.000 pon yang dapat meratakan seluruh blok kota. Ini tidak senonoh. Kita harus mengakhiri keterlibatan kita: Tidak ada lagi bom untuk Israel,” tulis Sanders di X.
Senator Jeff Merkley, juga dari Partai Demokrat, memiliki sentimen yang sama dengan Sanders. “Pemerintahan Biden tidak dapat secara kredibel mendorong peningkatan akses kemanusiaan ke Gaza sekaligus mengirimkan senjata yang sama dengan yang digunakan pemerintah Netanyahu untuk membunuh warga Palestina yang tidak bersalah tanpa pandang bulu,” katanya.
“Salah di setiap level,” ujarnya, seperti dikutip dari New Arab, Minggu (31/3/2024). Pengumuman transfer senjata Amerika ke Israel tersebut bertepatan dengan pengungkapan Presiden Biden atas kepedihan yang dialami oleh banyak komunitas Arab Amerika akibat perang di Gaza.
Hal ini terjadi di tengah ketidaksepakatan antara Amerika Serikat dan Israel mengenai niat Netanyahu untuk memulai invasi darat ke Rafah, sebuah kota di selatan Gaza yang telah menjadi tempat perlindungan bagi sekitar 1,5 juta warga Palestina yang putus asa untuk melarikan diri dari serangan Israel.
Namun, jenis senjata yang termasuk dalam transfer senjata terbaru dari Washington ke Tel Aviv ini melengkapi militer Israel dengan apa yang dibutuhkan untuk invasi darat ke Rafah. Senin lalu, yang tampaknya menjadi tanda pertama berakhirnya kebijakan AS yang memberikan dukungan tanpa syarat kepada Israel, Washington menolak untuk memveto resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang menuntut diakhirinya permusuhan di Gaza selama sisa bulan Ramadhan.
Resolusi yang mengikat tersebut juga menuntut agar gencatan senjata di bulan Ramadhan menjadi dasar bagi perdamaian abadi, namun, sejauh ini, Israel dan Amerika Serikat belum menunjukkan tanda-tanda akan tetap berpegang pada keputusan DK PBB tersebut.
Transfer senjata ini menimbulkan tuduhan bahwa pemerintahan Biden hanya sekedar basa-basi mengenai perdamaian di Gaza untuk menenangkan para pemilih Arab-Amerika menjelang pemilihan presiden bulan November, sambil terus memastikan Israel dapat melancarkan perang.
Serangan Israel yang membabi buta di Gaza sejauh ini telah menewaskan 32.705 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.