Armada Kemanusiaan Global Sumud Flotilla kembali meninggalkan Pelabuhan Barcelona pada Senin (1/9) malam waktu setempat, setelah sempat tertunda beberapa jam akibat cuaca buruk di Laut Mediterania. Armada ini membawa sukarelawan dan bantuan kemanusiaan untuk Gaza yang masih berada di bawah blokade laut Israel.
Menurut jurnalis Al Jazeera, Mauricio Morales, yang ikut berlayar dengan kapal Alma, rombongan mulai bergerak keluar pelabuhan sekitar pukul 19.30 waktu setempat (17.30 GMT) setelah seluruh relawan menggelar rapat umum.
Sebelumnya, armada yang berangkat sejak Minggu terpaksa kembali ke pelabuhan karena angin kencang mencapai 30 knot (lebih dari 55 kilometer per jam) yang dinilai berisiko bagi kapal-kapal kecil dalam konvoi tersebut.
Armada Kemanusiaan Terbesar ke Gaza
Global Sumud Flotilla disebut sebagai misi maritim terbesar ke Gaza sejauh ini, dengan lebih dari 50 kapal dan delegasi dari setidaknya 44 negara. Dari Barcelona saja, sekitar 20 kapal bertolak, sementara kapal lain dijadwalkan bergabung dari Tunisia dan Sisilia dalam beberapa hari ke depan.
Armada ini terdiri atas kapal sipil kecil yang mengangkut relawan serta pasokan bantuan. Awalnya, rombongan direncanakan bertemu dengan gelombang kedua kapal di Tunisia pada Kamis, namun rencana itu sedikit tertunda akibat badai.
Empat koalisi besar menjadi penyelenggara utama: Global Movement to Gaza, Freedom Flotilla Coalition, Maghreb Sumud Flotilla, dan Sumud Nusantara. Mereka menegaskan bahwa peserta tidak berafiliasi dengan pemerintah maupun partai politik.
Aktivis dan Tokoh Publik Ikut Serta
Sejumlah tokoh internasional ikut bergabung, di antaranya aktivis iklim Swedia Greta Thunberg, aktivis Brasil Thiago Avila, mantan wali kota Barcelona Ada Colau, aktor Irlandia Liam Cunningham, serta aktor Spanyol Eduard Fernandez.
Selain itu, sejumlah akademisi, pegiat HAM, peneliti sosial, hingga ilmuwan fisika masuk dalam komite pengarah. Di antaranya Saif Abukeshek (aktivis Palestina), Yasemin Acar (aktivis HAM), Kleoniki Alexopoulou (sejarawan), Marouan Ben Guettaia (aktivis), hingga Maria Elena Delia (fisikawan).
Banyak dari mereka pernah terlibat dalam upaya serupa sebelumnya, termasuk misi Free Gaza Movement yang sejak 2008 hingga 2016 telah meluncurkan 31 kapal. Namun sejak 2010, hampir seluruh upaya dipatahkan oleh pasukan Israel, termasuk insiden serangan mematikan terhadap kapal Mavi Marmara yang menewaskan 10 aktivis.
Gaza dalam Krisis Kemanusiaan
Misi kali ini berlangsung di tengah memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza. Bulan lalu, badan pangan dunia yang didukung PBB secara resmi menyatakan wilayah Gaza mengalami kelaparan.
Sementara itu, militer Israel terus menggempur Gaza City dan memerintahkan pengosongan massal sebagai bagian dari rencana pendudukan. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sejak perang dimulai pada Oktober 2023, sedikitnya 63.557 warga syahid dan lebih dari 160 ribu lainnya terluka.
Meskipun upaya sebelumnya selalu dihadang Israel, para penyelenggara Global Sumud Flotilla menegaskan bahwa konvoi kali ini adalah pesan solidaritas global sekaligus ikhtiar untuk menembus blokade yang telah mencekik Gaza selama bertahun-tahun.