Organisasi-organisasi internasional di bawah naungan PBB telah memperingatkan, kelaparan yang melanda wilayah Gaza bukan hanya akibat dari perang, tetapi sudah direncanakan secara sengaja dan sistematis oleh Israel.
Gaza pun dinilai menjadi rumah bagi populasi terbesar yang menghadapi kelaparan terparah dari daerah manapun di dunia. Diberitakan Days of Palestine, laporan di lapangan menunjukkan, banyak keluarga yang meninggal karena kelaparan. Anak-anak menderita malnutrisi parah. Sementara itu, kondisi mereka sangat lemah. Banyak di antara anak-anak tidak dapat menangis karena menderita kelaparan.
Organisasi-organisasi internasional tersebut menekankan bahwa pemblokiran bantuan kemanusiaan untuk Gaza dijadikan senjata oleh Israel. Apa yang dilakukan Israel dinilai merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional. Strategi genosida ini bahkan berisiko mendorong situasi kemanusiaan di Gaza yang sudah sangat buruk menjadi lebih buruk lagi.
Organisasi-organisasi internasional juga memperingatkan bahwa menjadikan bantuan untuk Gaza sebagai alat kontrol bagi Israel akan membahayakan warga sipil Gaza. Perbuatan Israel itu mengancam memperdalam kekacauan dan penderitaan di Jalur Gaza, Palestina.
Lebih dari 65.000 anak di Jalur Gaza terancam kelaparan akibat blokade pengiriman kebutuhan pokok Israel ke wilayah kantong Palestina itu sejak dua bulan lalu.
Kantor Media Pemerintah Gaza pada Jumat (9/5/2025), mengatakan bahwa Israel sengaja memicu kelaparan untuk membunuh warga sipil dan melanjutkan kejahatan secara sistematis terhadap 2,4 juta penduduk di sana.
“Pendudukan Israel tengah merekayasa kelaparan… dengan menutup perlintasan dan menghalangi 39.000 truk bantuan yang membawa makanan, bahan bakar, dan obat-obatan, dalam pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional,” kata kantor tersebut dalam pernyataannya.
Disebutkan, semua toko roti sudah tidak beroperasi selama 40 hari karena kehabisan stok bahan baku. “Lebih dari 65.000 anak kini menghadapi kematian akibat kelaparan dan kekurangan gizi karena Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata terhadap warga sipil,” tulis pernyataan itu.
Penutupan pintu perlintasan oleh Israel selama 70 hari telah memperburuk kondisi kemanusiaan dan kesehatan di Gaza.
Otoritas Gaza mendesak komunitas internasional dan PBB untuk segera campur tangan untuk menghentikan blokade Israel agar aliran bantuan kemanusiaan dan pasokan kebutuhan pokok bisa masuk ke wilayah itu.
Sementara itu, Al-Jazeera pada Selasa (13/5/2025) melaporkan, pasukan Israel telah membom Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, Gaza. Ledakan tersebut telah membunuh dua orang, termasuk jurnalis Hassan Eslaih, dan melukai beberapa pasien dan staf.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menyerukan diakhirinya blokade Israel atas Gaza. Setelah pemantau kelaparan global terbesar, Guterres mengatakan bahwa seluruh penduduk daerah Gaza menghadapi risiko kelaparan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, dia akan mengirim mediator ke Qatar untuk pembicaraan gencatan senjata setelah Hamas membebaskan seorang tentara AS-Israel. Kantornya mengatakan Israel akan menunda rencana untuk memperluas perang di Gaza hingga setelah kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Timur Tengah.
Genosida yang dilakukan Israel di Gaza telah membunuh sedikitnya 52.862 warga Palestina dan melukai 119.648 orang, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Kantor Media Pemerintah memperbarui jumlah korban wafat menjadi lebih dari 61.700 orang, dan mengatakan bahwa ribuan orang yang hilang di bawah reruntuhan diperkirakan telah wafat.