Kondisi gizi anak-anak di Gaza semakin memprihatinkan. Al Jazeera melaporkan peningkatan drastis kasus malnutrisi di kalangan balita akibat blokade total Israel yang sejak Maret lalu melarang masuknya makanan dan obat-obatan ke wilayah yang terkepung ini.

Di RS Sahabat Pasien di Kota Gaza, puluhan anak antre untuk diperiksa. Orang tua mereka menunggu dengan cemas—anak-anak mereka menunjukkan gejala kurus kering, berat badan anjlok, dan kehilangan energi. Dokter mengaitkan kondisi ini dengan hilangnya makanan bergizi seperti sayuran, buah, daging, dan susu dari pasar Gaza.

“Kami melihat anak-anak yang bahkan tidak bisa berdiri sendiri lagi karena lemahnya tubuh mereka,” ungkap ahli gizi Susan Ma’ruf kepada Al Jazeera Net.

Gejala Memburuk, Persediaan Menipis
Menurut Susan, jumlah pasien anak yang dirujuk ke unit gizi khusus di rumah sakit itu meningkat tajam sejak dibuka pada Juni lalu. Banyak dari mereka yang sebelumnya mengalami malnutrisi ringan, kini masuk kategori sedang hingga parah.

“Ada anak-anak dengan berat badan sangat rendah, otot lemah, kulit menguning, dan kuku rapuh. Kami kehabisan biskuit tinggi kalori dan persediaan susu medis pun hampir habis,” ujarnya prihatin.

Situasi ini membuat perawatan menjadi semakin sulit. Susan menambahkan, angka anak-anak yang mengalami malnutrisi sudah melebihi 10% dari total populasi anak di Gaza dalam beberapa hari terakhir.

Anak-anak Lemas dan Terbaring
Di bangsal khusus gizi, terbaring tubuh-tubuh kecil yang lemah, hanya mampu menerima cairan dan pengobatan seadanya.

Seperti Siham, bayi yang baru berusia satu tahun. Ibunya mengatakan, “Sejak usia dua bulan, kondisinya memburuk dan terus kami bawa dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain. Kini ia dirawat inap karena tubuhnya semakin lemah.”

Tak jauh darinya, Salam (7 tahun) juga dirawat. Kakinya bengkak, tubuhnya kurus, dan dokter menemukan bahwa ia menderita kekurangan protein akut. Kini ia bergantung pada suplemen gizi untuk bisa kembali berjalan.

“Kami berjuang dengan apa yang tersisa. Tapi tanpa pasokan baru, kami hanya bisa berharap keajaiban,” ucap seorang perawat.

Risiko Kematian dan Gagal Tumbuh
Dokter anak Mohammad Abu Syamalah menegaskan, masalah utamanya adalah kekurangan kalori yang parah. Dalam kondisi normal, anak-anak membutuhkan gizi cukup untuk tumbuh. Namun kini, mereka bahkan tidak bisa bertahan dari penyakit ringan.

“Saya khawatir terhadap anak-anak di bawah usia lima tahun. Malnutrisi akan berdampak jangka panjang terhadap pertumbuhan dan bisa memicu penyakit kronis di masa depan,” jelasnya.

Seluruh rumah sakit di Gaza menggunakan metode WHO dalam mendeteksi dan menangani malnutrisi—mengukur berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas. Namun dengan habisnya suplemen dan obat-obatan, penanganan kasus berat menjadi hampir mustahil.

65 Ribu Anak Menghadapi Kematian
Menurut data terbaru pemerintah Gaza, 65.000 anak berada di ambang kematian akibat kekurangan gizi. Kementerian Kesehatan sebelumnya melaporkan bahwa 57 anak telah meninggal karena malnutrisi sejak awal tahun.

Dalam laporan gabungan, UNICEF dan Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan bahwa lebih dari 71 ribu anak dan 17 ribu ibu membutuhkan perawatan gizi segera. Sebanyak 470 ribu penduduk Gaza kini menghadapi kelaparan, sementara seluruh populasi mengalami krisis pangan ekstrem.

Kedua badan internasional itu menyerukan kepada semua pihak agar segera memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza dan mematuhi hukum internasional yang menjamin hak warga sipil untuk hidup dan menerima perawatan.

“Warga Gaza tidak butuh belas kasihan. Mereka butuh makanan, obat, dan akses ke kehidupan yang layak—sekarang juga.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here