Sebuah laporan investigatif Al Jazeera yang disiarkan pada Sabtu (5/4) mengungkap kronologi lengkap gugurnya para petugas medis dan anggota pertahanan sipil akibat tembakan tentara pendudukan Israel di wilayah Tel Al-Sultan, Rafah, Gaza selatan, pada 23 Maret lalu.

Sekitar pukul 05.20 pagi, tim gabungan yang terdiri dari Pertahanan Sipil, Bulan Sabit Merah Palestina, dan sebuah lembaga PBB merespons panggilan darurat dari warga sipil yang terluka dan terjebak di Tel Al-Sultan, wilayah barat Rafah.

Saat itu, militer Israel sedang menggempur kawasan tersebut dengan tembakan senapan dan artileri dalam rangka operasi militer darat.

Tim medis bergerak menggunakan dua ambulans dan satu mobil pemadam, seluruhnya dilengkapi tanda pengenal perlindungan sipil internasional serta lampu sirene yang menyala. Mereka juga mengenakan rompi oranye sebagai penanda personel medis.

Namun, tak lama setelah memasuki lokasi, komunikasi dengan tim terputus. Beberapa jam kemudian, militer Israel menyatakan kawasan itu sebagai “zona militer tertutup”.

Delapan hari berselang, tepatnya pada 30 Maret, Bulan Sabit Merah Palestina mengumumkan telah mengevakuasi 14 jenazah yang terdiri dari 8 petugasnya, 5 anggota pertahanan sipil, dan 1 pegawai lembaga PBB.

Seluruh jenazah ditemukan dalam kondisi terkubur. Beberapa di antaranya dalam keadaan tangan terikat, dengan luka tembak yang mengarah ke dada dan kepala. Jarak mereka ditemukan hanya sekitar 200 meter dari kendaraan mereka yang juga dalam kondisi hancur.

Pada 31 Maret, militer Israel merilis pernyataan resmi yang membantah telah menyerang ambulans. Mereka menyebut kendaraan tersebut “mencurigakan” karena mendekat tanpa menyalakan sirene darurat, sehingga memicu tembakan dari pasukan di lapangan. Militer juga mengklaim bahwa di antara korban terdapat anggota pejuang Palestina.

Namun pada Sabtu (5/4), New York Times merilis video dari ponsel salah satu korban—petugas medis yang gugur—yang merekam detik-detik serangan. Dalam rekaman tersebut tampak jelas bahwa ambulans dan mobil pemadam menyalakan lampu darurat dan memiliki tanda pengenal jelas saat ditembaki pasukan Israel. Temuan ini membantah klaim resmi militer Israel.

Petugas medis bernama Rif’at Radwan sempat merekam detik-detik menjelang kematiannya, sambil melafalkan syahadat dan berkata, “Maafkan kami, kawan-kawan… Ya Rabb, terimalah kami… Aku bertaubat kepada-Mu… Maafkan aku, Ibu… Inilah jalan yang kupilih untuk membantu orang-orang.”

Hamas menyebut video tersebut sebagai bukti kejahatan “eksekusi lapangan yang dilakukan dengan sengaja oleh pasukan Israel.”

Sementara itu, Duta Besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, mendesak dilakukannya penyelidikan internasional independen guna membawa para pelaku ke pengadilan.

Menanggapi tekanan internasional, militer Israel kembali merilis pernyataan bahwa insiden penembakan terhadap konvoi medis tersebut kini sedang dalam proses penyelidikan mendalam.

Namun dalam laporan awal, Israel membantah melakukan eksekusi dari jarak dekat. Mereka berdalih bahwa ambulans berhenti di dekat kendaraan pejuang Palestina yang telah lebih dulu diserang, dan menganggap konvoi tersebut sebagai ancaman meskipun tidak ditemukan senjata pada para petugas.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here