Surah Al-Isra merupakan surah ke-17 dalam urutan mushaf. Ada pun urutan turunnya, surah A-Isra adalah surah yang ke-50 yang diturunkan kepada Rasulullah SAW setelah turunnya surah Al-Qashash.
Oleh: Ustaz Dr. Umar Makka, Lc
Rasa syukur tak terhingga. Tasbih tak berhenti berucap. Tahmid senantiasa membasahi bibir. Lembaran mushaf Al-Qur’an menyentuh jemari, ayat demi ayat menghujam ke dalam jiwa. Sekali lagi Allah Ta’ala pertemukan kita dengan bulan suci Ramadhan.
Ramadhan merupakan bulan paling mulia. Bulan penuh keberkahan, penuh rahmat, dan penuh ampunan Allah Ta’ala. Bulan di mana pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, pembesar-pembesar setan dibelenggu, dan bulan di mana Allah membebaskan hamba-hamba-Nya dari siksa api neraka.
Pada bulan ini pula, Allah Ta’ala menyediakan satu malam yang lebih mulia dari seribu bulan yakni lailatul qadr. Doa tak terhenti berucap, tawakal menemani hari, harapan teraat besar semoga Allah mempertemukan kita dengan lailatul qadr pada ramadhan kali ini.
Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Besar harapan pada bulan ini setiap kita bisa memetik mutiara-mutiara hikmah tadabbur dari surah Al-Isra. Salah satu surah penting yang wajib ditadabburi. Surah Al-Isra merupakan surah ke-17 dalam urutan mushaf. Ada pun urutan turunnya, surah A-Isra adalah surah yang ke-50 yang diturunkan kepada Rasulullah SAW setelah turunnya surah Al-Qashash. Surah ini terdiri 111 ayat yang merupakan surah Makkiyah.
Pada tulisan kali ini, kita akan mentadabburi Al-Qur’an dengan pendekatan ilmu munasabat. Kita akan fokus pada munasabat (hubungan) antara surah Al-Isra dengan surah sebelumnya dan surah setelahnya. Kalau diperhatikan, surah sebelum surah Al-Isra adalah surah An-Nahl. Salah satu ayat yang menghubungkan surah An-Nahl dengan Surah Al-Isra adalah ayat terakhir dari surah An-Nahl. Allah Ta’ala berfirman;
وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ اِلَّا بِاللّٰهِ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِيْ ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُوْنَ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَّالَّذِيْنَ هُمْ مُّحْسِنُوْنَ ࣖ ۔
“Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.
Ada perintah Allah Ta’ala kepada baginda Rasulullah SAW agar senantiasa bersabar dan tidak bersedih atas keingkaran dan kekufuran kaum kafir Quraisy terhadap risalah. Kita akan mendapatkan munasabat kedua surah tersebut melalui perintah bersabar dan tidak bersedih itu.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Surah Al-Isra adalah surah yang menjelaskan tentang perjalanan mulia Rasulullah dari Masjid Haram ke Masjid Al-Aqsa. Lalu dari Masjid Al-Aqsa ke Sidratul Muntaha. Peristiwa yang diabadikan dalam surah Al-Isra itu terjadi setelah Rasulullah melalui puncak ujian dakwah. Rasulullah diboikot oleh orang kafir quraisy selama 3 tahun, ibunda Khadijah wafat, paman beliau Abu Thalib meninggal dunia, dan peristiwa Thaif. Lalu datanglah peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah sebagai pelipur lara bagi beliau. Dari sini kita akan melihat begitu kuat munasabat antara surah An-Nahl dan Surah Al-Isra.
Selanjutnya, surah setelah surah Al-Isra adalah surah Al-Kahfi. Surah Al-Kahfi adalah surah yang menceritakan tentang kisah tujuh pemuda yang menjadi simbol keteguhan di atas agama Allah dan keteguhan di atas tauhid. Ini juga menunjukkan munasabat yang kuat antara surah Al-Kahfi dengan Surah Al-Isra.
Selanjutnya, munasabat ayat pertama dan ayat terakhir surah Al-Isra. Dari ayat tersebut, kita akan mengetahui betapa pentingnya bertasbih dan bertahmid. Surah Al-Isra diawali dengan tasbih. Allah Ta’ala berfirman;
سُبۡحٰنَ الَّذِىۡۤ اَسۡرٰى بِعَبۡدِهٖ لَيۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَـرَامِ اِلَى الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِىۡ بٰرَكۡنَا حَوۡلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنۡ اٰيٰتِنَا ؕ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيۡعُ الۡبَصِيۡرُ
“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”
Kemudian surah tersebut ditutup dengan tahmid, pujian kepada Allah Ta’ala. Dia berfirman;
وَقُلِ الۡحَمۡدُ لِلّٰهِ الَّذِىۡ لَمۡ يَتَّخِذۡ وَلَدًا وَّلَمۡ يَكُنۡ لَّهٗ شَرِيۡكٌ فِى الۡمُلۡكِ وَلَمۡ يَكُنۡ لَّهٗ وَلِىٌّ مِّنَ الذُّلِّ وَكَبِّرۡهُ تَكۡبِيۡرًا
“Dan katakanlah, “Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak (pula) mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia tidak memerlukan penolong dari kehinaan dan agungkanlah Dia seagung-agungnya.”
Ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat antara tasbih dan tahmid kepada Allah Ta’ala. Sebab di antara perintah Allah setelah datangnya berita pembebasan Kota Makkah, kemenangan yang diberikan kepada Rasulullah, dan berita manusia akan berbondong-bondong masuk Islam adalah bertasbih kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman;
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS. Surah An-Nashr: 3)
Mudah-mudahan kita termasuk hamba Allah yang senantiasa dimampukan untuk bertasbih, mensucikan Allah dalam hati, di lisan, dan dalam perbuatan kita. Semoga Allah senantiasa memampukan kita untuk bertahmid, memuji Allah dengan hati kita, lisan, dan perbuatan kita.