Timur Gaza kembali berubah menjadi sarang perang meski kesepakatan gencatan senjata telah diteken. Artileri Israel terus menghujani wilayah ini, langit menyala dengan kilatan ledakan, sementara warga terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari perlindungan di barat Gaza.
Di tengah gelap dan dentuman bom, keluarga-keluarga berjalan tanpa barang, selimut, atau perlindungan apapun, sambil memanggul anak-anak yang menggigil ketakutan. Mukhammad Al-Basal, juru bicara Perlindungan Sipil Gaza, menegaskan melalui akun Facebook-nya, “Perang masih berlangsung, pembunuhan tidak berhenti,” merujuk pada penargetan kawasan Al-Tuffah, khususnya sekitar Al-Sanfur, yang dilancarkan secara berulang meski berada jauh dari garis kuning.
Menurut Pusat Media Palestina, pasukan Israel bahkan meledakkan robot peledak di sekitar Al-Sanfur di distrik Al-Tuffah, bersamaan dengan serangan udara di kawasan timur Khan Yunis di selatan Gaza.
Malapetaka di tengah malam
Rekaman video menunjukkan sejumlah korban tiba di rumah sakit akibat serangan yang menimpa berbagai wilayah di timur Gaza, termasuk serangan artileri yang menimpa pusat pengungsian di distrik Al-Daraj, sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak. Aktivis menyebut kejadian ini sebagai “malam perang penuh”, di mana suara tembakan dan ledakan terdengar jelas bahkan dari tengah kota.
Para saksi menekankan, meski terjadi kekerasan massif, liputan media masih terbatas, sehingga masyarakat internasional sulit menangkap besarnya skala kehancuran. Al-Sanfur kini berubah menjadi zona perang aktif meski padat penduduk sipil, dengan serangan yang menghancurkan rumah dan menutupi setiap sudut lingkungan.
Seorang aktivis menulis: “Timur Gaza berubah menjadi medan perang terbuka. Dentuman artileri tak henti, malam ini sangat berat bagi warga. Mereka berjalan menuju barat tanpa barang, hanya dengan ketakutan yang tampak di mata anak-anak.”
Kejadian ini menimbulkan pertanyaan serius tentang efektivitas gencatan senjata. Sejak 10 Oktober, Israel tercatat melakukan 591 pelanggaran, menewaskan lebih dari 357 warga Palestina dan melukai 903 lainnya, menurut Kantor Media Pemerintah Gaza.
Gelombang pengungsian baru ini menjadi bukti bahwa meski ada kesepakatan, warga Gaza masih hidup di bawah ancaman serangan harian, menghadapi kenyataan pahit bahwa gencatan senjata yang dijanjikan belum menenangkan langit Gaza.










