GAZA — Pelanggaran baru terhadap kesepakatan gencatan senjata kembali terjadi. Sedikitnya tujuh warga Palestina syahid akibat tembakan dan serangan drone militer Israel sejak Selasa pagi (13/10) waktu Gaza. Di saat yang sama, Kantor Media Pemerintah Gaza mencatat 14 pelanggaran yang dilakukan Israel terhadap perjanjian penghentian agresi.
Rumah Sakit Al-Ma’madani mengumumkan lima warga Palestina syahid ditembak pasukan Israel saat mereka kembali untuk memeriksa kondisi rumahnya di Distrik Syujaiyah dan At-Tuffah, wilayah timur Kota Gaza. Sejumlah saksi menyebut, para korban tidak bersenjata dan tengah berjalan kaki saat menjadi target tembakan.
Sumber medis juga melaporkan dua warga lainnya terluka akibat tembakan pasukan Israel di wilayah Halaweh, timur laut Gaza.
Di Khan Younis, selatan Jalur Gaza, Rumah Sakit Nasser melaporkan dua warga Palestina syahid akibat serangan pesawat nirawak (drone) Israel di daerah Ma’an dan Al-Fukhari.
Israel Berdalih “Menghilangkan Ancaman”
Militer Israel berdalih pasukannya menembak karena adanya “upaya infiltrasi”. Dalam pernyataannya, militer Israel mengeklaim telah membuka tembakan setelah melihat “dua orang mencurigakan berusaha melintasi garis kuning” di Gaza. Mereka juga menyebut telah melepaskan tembakan peringatan sebelum menargetkan warga tersebut.
Pelanggaran Gencatan Senjata Terus Bertambah
Sementara itu, Direktur Kantor Media Pemerintah di Gaza, Ismail Al-Thawabta, menegaskan bahwa Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata sedikitnya 14 kali hanya dalam beberapa hari.
“Pelanggaran ini sudah kami serahkan kepada para mediator agar tekanan internasional diberikan kepada Israel untuk menghentikan agresi dan menghormati kesepakatan,” kata Al-Thawabta.
Lembaga Euro-Med Human Rights Monitor juga memperingatkan bahwa Israel memanipulasi pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza sebagai bentuk tekanan politik yang melanggar hukum internasional.
“Pengendalian Israel terhadap bantuan dan ketidakpatuhan terhadap kesepakatan gencatan senjata menunjukkan bahwa kejahatan genosida masih berlangsung,” kata lembaga tersebut dalam pernyataan resmi.
Euro-Med mengungkap fakta bahwa Israel hanya mengizinkan 173 truk bantuan masuk dalam dua hari setelah gencatan senjata dimulai pada Jumat lalu. Tidak satu pun truk bantuan masuk pada Senin, dan bantuan kembali ditahan Selasa dengan dalih “hari raya Yahudi”.
Lembaga HAM itu menegaskan diperlukan jaminan internasional agar Israel tidak kembali memberlakukan blokade atau menahan bantuan kemanusiaan dengan alasan apapun.
“Pembiaran terhadap pelanggaran Israel berarti menerima berulangnya kondisi yang menyebabkan genosida di Gaza,” tegas Euro-Med.
Sumber: Al Jazeera | Media Palestina