UNICEF mengumumkan, lebih dari 5.800 anak Palestina di Gaza telah terdiagnosis menderita gizi buruk pada Juni 2025.

Tragedi kelaparan terus melanda Gaza, merenggut nyawa banyak warga, termasuk puluhan anak-anak, di tengah perang pemusnahan massal Israel yang dilakukan melalui pengepungan ketat dan strategi kelaparan sistematis.

Lewat pernyataan di platform X, UNICEF menjelaskan bahwa dari angka tersebut, lebih dari 1.000 anak mengalami gizi buruk akut yang sangat parah, sebuah peningkatan yang terus terjadi selama empat bulan berturut-turut. UNICEF pun menekankan urgensi untuk segera membuka akses bantuan kemanusiaan “secara cepat dan luas” demi menyelamatkan warga Gaza.

Sejak 18 tahun terakhir, Israel terus mengepung Gaza. Kini, sekitar 1,5 juta warga dari total 2,4 juta penduduk Gaza kehilangan tempat tinggal akibat serangan dan penghancuran sistematis.

Sementara itu, UNRWA juga memperingatkan bahwa kasus gizi buruk di Gaza melonjak tajam sejak Maret lalu, akibat Israel menutup perbatasan dan menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan. Sejak 2 Maret, Israel menutup akses masuk truk bantuan yang kini menumpuk di perbatasan. Padahal, Gaza membutuhkan setidaknya 500 truk bantuan setiap hari, tetapi Israel hanya membiarkan beberapa puluh saja.

UNRWA mencatat bahwa sejak Maret, mereka sama sekali tidak diizinkan mengirimkan bantuan ke wilayah Gaza. Pembatasan ketat ini bahkan memaksa tenaga medis untuk memprioritaskan pasien dengan kondisi paling parah, terutama anak-anak yang sudah terancam nyawa akibat kelaparan.

Jumat lalu, Médecins Sans Frontières (Doctors Without Borders) mengumumkan bahwa mereka mencatat angka tertinggi kasus gizi buruk akut sejak pertama kali beroperasi di Gaza. Data menunjukkan lebih dari 700 ibu hamil dan menyusui, serta sekitar 500 anak menderita gizi buruk sedang hingga parah di klinik mereka.

Sejak agresi Israel kembali menggencar pada Maret lalu, lebih dari 7.300 warga Palestina gugur syahid, dan hampir 26 ribu lainnya luka-luka, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel terus melancarkan perang pemusnahan massal di Gaza, memadukan pembunuhan, kelaparan, penghancuran, dan pengusiran paksa. Semua itu terjadi di hadapan dunia, mengabaikan seruan internasional dan putusan Mahkamah Internasional yang menuntut penghentian agresi.

Hingga kini, agresi yang didukung penuh oleh Amerika Serikat itu telah menelan lebih dari 196 ribu korban jiwa dan luka-luka, mayoritas anak-anak dan perempuan, serta meninggalkan lebih dari 10 ribu orang hilang dan ratusan ribu pengungsi yang hidup tanpa kepastian.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here