Pada Ahad (13/7), setidaknya 95 warga Palestina gugur syahid akibat serangan brutal Israel yang menggempur berbagai wilayah di Jalur Gaza. Dari jumlah tersebut, 46 korban syahid tercatat di Kota Gaza, menambah daftar panjang pembantaian harian yang terus mematikan rakyat Gaza yang terkepung.

Serangan udara Israel juga melukai sekitar 50 warga sipil, termasuk beberapa korban kritis, dalam serangan yang menargetkan persimpangan Al-Samer di pusat Kota Gaza.

Di kamp pengungsi Nuseirat, tepatnya di area distribusi air di kamp baru (utara Nuseirat), serangan Israel merenggut 10 nyawa, termasuk 6 anak-anak, serta menyebabkan banyak luka dengan kondisi bervariasi.

Sementara itu, di kawasan Mawasi, Khan Younis (selatan Gaza), 3 warga Palestina gugur dan 10 lainnya terluka akibat serangan drone yang menargetkan tenda-tenda pengungsi.

Pembantaian sistematis ini semakin intens dalam beberapa hari terakhir, bertepatan dengan upaya negosiasi antara perlawanan Palestina dan pemerintah Israel. Menurut analis politik Saeed Ziyad, eskalasi serangan ini merupakan upaya Israel untuk menekan perlawanan agar mau memberikan konsesi dalam negosiasi.

Tubuh Anak-Anak Mulai Mengering

Direktur rumah sakit lapangan Kementerian Kesehatan Gaza, Dr. Marwan Al-Hams, mengungkapkan bahwa 47% stok obat-obatan esensial di Gaza telah habis, yang mengancam keberlangsungan layanan medis bagi para korban luka dan pasien.

Peringatan ini datang selaras dengan laporan UNICEF yang menyebut lebih dari 5.800 anak-anak Gaza menderita malnutrisi hanya dalam bulan Juni. UNICEF menegaskan, tubuh anak-anak Gaza perlahan mengering dan melemah, dan mendesak agar bantuan segera dikirim secara luas tanpa hambatan.

Layanan Publik Lumpuh Total

Krisis juga melumpuhkan seluruh layanan dasar di Gaza tengah, termasuk di Rafah dan Khan Younis. Pemerintah daerah mengumumkan penghentian total operasional akibat habisnya pasokan bahan bakar, yang selama ini digunakan untuk menggerakkan sumur air, stasiun pengolahan limbah, serta kendaraan pengangkut sampah dan alat berat untuk membersihkan puing-puing serangan.

Pemerintah daerah Gaza mendesak organisasi internasional untuk segera menyalurkan bahan bakar, demi menyelamatkan layanan kemanusiaan dan kesehatan bagi jutaan warga yang bertahan dalam kondisi bencana.

Di sisi lain, Dr. Al-Hams memperingatkan bahwa pasokan bahan bakar yang ada saat ini bahkan tidak cukup untuk mengoperasikan fasilitas kesehatan selama satu hari penuh.

Direktur Lembaga Medis Darurat Gaza, Muhammad Abu Afash, menyatakan kepada Al Jazeera bahwa tanpa bahan bakar, unit perawatan intensif dan ruang inkubator bayi akan berhenti total, mengancam nyawa ribuan pasien kritis dan bayi prematur.

Abu Afash juga menegaskan bahwa tenaga medis di Gaza sudah benar-benar kelelahan akibat gelombang cedera harian yang tak kunjung reda. Puncaknya, dunia medis Gaza kembali kehilangan salah satu dokter terbaik, Dr. Ahmad Qandil, spesialis bedah umum di Rumah Sakit Baptis. Beliau gugur syahid akibat serangan Israel di dekat persimpangan Al-Samer, pusat Kota Gaza.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here