Spirit of Aqsa, Palestina – PBB merilis sebuah laporan terkait perekonomian Gaza, Palestina saat ini. Laporan yang dikeluarkan pada Rabu (25/11) itu memperlihatkan kerugian yang diakibatkan penutupan berkepanjangan dan eskalasi militer di Gaza selama 10 tahun berjumlah sekitar 16 miliar dolar.
Sementara, laporan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) menyebutkan, kerugian tersebut hanya terjadi selama periode 2007 hingga 2018. Kerugian yang dialami Jalur Gaza enam kali lipat PDB Gaza pada 2018, atau 107% dari PDB Palestina di tahun yang sama.
Jika tidak ada penutupan dan eskalasi militer dalam beberapa tahun terakhir, tingkat kemiskinan di Gaza akan menurun menjadi 15% pada tahun 2017, yakni seperempat dari tingkat kemiskinan saat ini sebesar 56%, dan kesenjangan kemiskinan bisa menjadi 2,4%, yaitu seperlima dari tingkat kesenjangan saat ini sebesar 20%.
Dalam laporan itu ditegaskan bahwa blokade di Gaza harus segera diakhiri. Ini agar penduduk Gaza dapat berdagang secara bebas dengan seluruh Wilayah Pendudukan Palestina dan dunia. Sebab, ada kebutuhan mendesak untuk mengembalikan hak warga Palestina atas kebebasan bergerak untuk bisnis, perawatan medis, pendidikan, hiburan dan ikatan keluarga.
Sejak Juni 2007, dua juta warga Palestina di Jalur Gaza telah hidup dalam penutupan. Selain itu, Jalur Gaza telah mengalami tiga “operasi militer” besar-besaran sejak 2008. Akibatnya adalah bahwa ekonomi regional di Gaza berada di ambang kehancuran dan terisolasi dari sisa wilayah Palestina yang diduduki penjajah Israel dan dunia.
Tingkat pengangguran di Gaza termasuk yang tertinggi di dunia. Lebih dari separuh penduduk Jalur Gaza hidup di bawah garis kemiskinan. Sebagian besar penduduk tidak memiliki akses ke air yang layak dan terjamin serta pasokan listrik secara teratur, penduduk Jalur Gaza tidak memiliki jaringan sanitasi yang layak. (Moe/Plf)