Sebanyak 490 anak Palestina syahid dalam 20 hari terakhir akibat serangan militer Israel di Jalur Gaza, demikian laporan terbaru dari Kantor Media Pemerintah Gaza, Senin (7/4).

Jumlah tersebut menambah total korban jiwa menjadi 1.350 sejak Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata.

“Anak-anak menjadi target utama dalam serangan brutal ini. Ini adalah salah satu kejahatan paling mengerikan terhadap kemanusiaan di era modern,” tulis pernyataan resmi tersebut.

Pemerintah Gaza menyebut situasi di wilayah itu sebagai “realitas kelam”, di mana keluarga-keluarga dihabisi secara massal dan masa kanak-kanak dikubur di bawah reruntuhan.

“Angka-angka ini menunjukkan adanya kebijakan pembunuhan sistematis terhadap anak-anak, bukan sekadar ‘kerugian sampingan’ seperti yang diklaim Israel,” lanjut pernyataan itu.

Kantor Media juga mengecam keterlibatan negara-negara Barat dalam mendukung agresi tersebut.

“Kami memegang Israel, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman bertanggung jawab atas keberlanjutan genosida terhadap anak-anak Gaza,” tegas mereka, menyebut keterlibatan negara-negara itu sebagai “noda sejarah yang memalukan.”

Dalam seruan tegas, pemerintah Gaza meminta masyarakat internasional, lembaga hak asasi manusia, dan pengadilan internasional untuk segera bertindak.

“Dunia tidak akan dimaafkan atas kebisuannya. Darah anak-anak yang tak bersalah akan terus menjadi saksi atas kegagalan kemanusiaan,” tutup pernyataan tersebut.

Sementara itu, malam ini, serangan artileri Israel kembali memicu tragedi di Gaza. Sedikitnya 11 warga, termasuk 8 anak-anak, syahid dalam serangan di Jalan Nakheel, kawasan Hayy at-Tuffah, Kota Gaza. Sumber medis dan lokal mengonfirmasi bahwa serangan tersebut juga menyebabkan sejumlah luka berat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here