Harian Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa militer Israel kini menghadapi apa yang disebutnya sebagai “banjir senjata” di Tepi Barat yang diduduki. Untuk mengatasi situasi ini, batalion infanteri reguler akan dipindahkan dari Gaza ke Tepi Barat, menggantikan batalion cadangan untuk pertama kalinya sejak peristiwa Intifadah Al-Aqsa.
Dalam laporan yang ditulis oleh Yoav Zitun, salah satu analis militer utama surat kabar tersebut, disebutkan bahwa komando pusat militer Israel telah meluncurkan apa yang disebut “kampanye melawan senjata.” Mereka mengklaim telah menyita lebih dari 1.100 senjata, termasuk berbagai jenis senapan, di Tepi Barat sepanjang tahun lalu.
Meskipun laporan itu mengakui bahwa serangan yang dilakukan pejuang Palestina dekat permukiman Kdumim di utara Tepi Barat – yang menewaskan tiga warga Israel awal pekan ini – menggunakan senjata biasa, disebutkan bahwa aksi tersebut didukung oleh infrastruktur yang lebih besar di Tepi Barat.
Sebagian Senjata Diselundupkan dari Yordania
Menurut penilaian intelijen yang menjadi dasar laporan ini, sebagian besar senjata diselundupkan dari Yordania. Sekitar seperenam rumah tangga Palestina di Tepi Barat diyakini memiliki senjata, mulai dari pistol, senapan, hingga AK-47 atau M-16. Namun, beberapa senjata tersebut hanya digunakan untuk pertahanan diri.
Lonjakan Harga Senjata
Laporan itu juga menyebut bahwa harga senjata melonjak signifikan selama setahun terakhir. Harga senapan biasa meningkat dari 30.000 shekel (sekitar 8.000 dolar AS) menjadi 60.000 shekel (sekitar 16.000 dolar AS) untuk senapan otomatis. Lonjakan harga ini bertolak belakang dengan klaim militer Israel tentang meluasnya penyebaran senjata di Tepi Barat.
Operasi Militer yang Intens
Militer Israel terus menganggap Tepi Barat sebagai arena sekunder, meskipun aktivitas militernya di wilayah tersebut sangat intens. Ini termasuk serangan udara dengan drone di wilayah Tulkarm, Jenin, Lembah Yordan, dan Nablus hampir setiap minggu.
Saat ini, sekitar 20 batalion ditempatkan di Tepi Barat, lebih sedikit dibandingkan puncak kehadiran militer Israel selama dua tahun terakhir. Sebagian besar merupakan batalion cadangan atau unit non-reguler seperti pasukan dari Komando Dalam Negeri dan unit campuran permanen di Lembah Yordan dan Qalqilya.
Bulan depan, batalion infanteri reguler diperkirakan akan tiba di Tepi Barat untuk pertama kalinya sejak serangan 7 Oktober lalu. Brigade Nahal, misalnya, akan ditempatkan di Hebron dan Nablus. Sementara itu, pasukan artileri secara bertahap akan ditarik dari medan perang lain untuk kembali ke tugas tempur di Tepi Barat.
Dukungan untuk Pemukim Yahudi
Laporan tersebut menyebutkan bahwa militer Israel kini secara resmi mendorong pemukim Yahudi untuk mempersenjatai diri. Dalam program “Pemukiman sebagai Benteng,” lebih dari 7.000 senjata telah didistribusikan kepada pemukim, termasuk kepada kelompok-kelompok tanggap darurat.
Zitun menegaskan bahwa tank Israel tidak akan kembali ke kota-kota seperti Ramallah atau Jenin seperti dalam operasi Defensive Shield pada tahun 2002. Sebaliknya, Israel masih mengandalkan peran aparat keamanan Otoritas Palestina untuk mengendalikan senjata dan melawan pejuang Palestina.
Sumber: Yedioth Ahronoth