Spirit of Aqsa- Seorang dokter ortopedi di Gaza Utara, Dokter Sa’id Joudah, gugur syahid dalam serangan langsung yang dilakukan oleh pasukan Israel saat ia menuju tempat tugas di Rumah Sakit Al-Awda, Jabalia, Kamis (13/12). 

Menurut laporan dari Rumah Sakit Al-Awda, Dr. Joudah adalah satu-satunya dokter spesialis ortopedi yang masih bertugas di wilayah Gaza Utara yang terkepung selama 70 hari terakhir.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengonfirmasi bahwa Dr. Joudah gugur ketika sedang dalam perjalanan dari Rumah Sakit Kamal Adwan menuju Rumah Sakit Al-Awda untuk menangani pasien luka berat. Serangan tersebut dilakukan oleh drone Israel jenis “Quadcopter,” yang secara langsung menembak kepala korban hingga syahid di tempat.

Kecaman dan Seruan Solidaritas
Kementerian Kesehatan menyerukan kepada lembaga-lembaga internasional dan hak asasi manusia untuk memberikan perlindungan bagi rumah sakit dan tenaga medis yang tengah menjalankan tugas kemanusiaan. Mereka juga mengajak komunitas medis global untuk menyatakan solidaritas dengan tenaga medis di Gaza yang menghadapi genosida sistematis.

Seorang sopir ambulans yang membawa Dr. Joudah menceritakan bahwa serangan terjadi saat mereka sedang membawa beberapa pasien untuk operasi darurat. Ambulans mereka ditembaki secara langsung oleh tank Israel hingga menyebabkan Dr. Joudah gugur di tempat.

Serangan Luas terhadap Sektor Kesehatan
Dengan gugurnya Dr. Joudah, jumlah korban jiwa di sektor kesehatan Gaza akibat serangan Israel kini mencapai 1.750 orang sejak awal perang. Data dari kantor media pemerintah di Gaza menunjukkan bahwa 34 rumah sakit dan 80 pusat kesehatan telah berhenti beroperasi, sementara 162 fasilitas kesehatan dan 135 ambulans juga menjadi target serangan.

Operasi militer Israel di Gaza Utara yang dimulai sejak 5 Oktober 2023 dinilai bertujuan untuk mengusir penduduk setempat. Didukung oleh Amerika Serikat, Israel telah melakukan genosida terhadap warga Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang mengakibatkan lebih dari 151 ribu korban jiwa dan luka-luka, mayoritas anak-anak dan perempuan. Lebih dari 11 ribu orang masih dinyatakan hilang, di tengah kehancuran masif dan kelaparan yang telah menewaskan puluhan anak-anak dan lansia.

Krisis ini digambarkan sebagai salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here