Spirit of Aqsa- Pakar militer, Letnan Jenderal Fayez Duwairi, menyatakan, operasi perlawanan di Gaza menurun karena tentara Israel belum banyak memasuki wilayah tertentu. Sementara itu, para pejuang masih bertahan di terowongan dan di balik reruntuhan.
“Meskipun sumber daya perlawanan sangat terbatas setelah lebih dari 400 hari peperangan, mereka tetap ada dan belum berakhir. Mereka bertahan di posisi masing-masing, siap menghadapi tentara dari jarak dekat. Hal ini terbukti ketika mereka berhasil menyerang satu unit khusus Israel beranggotakan 15 orang di Beit Lahia pada hari Minggu lalu,” ujar Ad-Duwairi, dikutip Al Jazeera.
Kemarin, Senin, sumber Israel melaporkan tewasnya lima tentara dalam dua insiden terpisah di Gaza. Brigade Al-Quds, sayap militer Jihad Islam, juga mengumumkan bahwa para pejuangnya telah menargetkan tank Israel Merkava dengan peluru Tandom di wilayah Toubah, di tengah kamp Jabalia.
Duweiri menjelaskan bahwa pasukan Israel hanya sesekali masuk ke dalam kamp Jabalia, dan biasanya menuju ke rumah sakit untuk melakukan serangan kemudian mundur. Ia mencatat bahwa pasukan pendudukan hanya beroperasi di area terbatas seluas dua kilometer persegi di Beit Lahia.
Duweiri juga menyebut bahwa saat ini perlawanan hanya dapat mengandalkan senjata yang ada, terutama peluru Tandom dan Shewaz, yang menyebabkan intensitas operasi berkurang dibandingkan periode sebelumnya.
Terkait peningkatan serangan di wilayah Mawasi, Khan Younis, bagian selatan Gaza, Duweiri menyebut bahwa hal ini terkait dengan tekanan internasional terhadap Israel agar membuka akses bantuan ke wilayah utara Gaza, dan ancaman sanksi dari negara-negara Eropa.