Spirit of Aqsa– Militer Israel menyerang Tepi Barat sejak Rabu malam (19/6/2024). Gerombolan tentara tersebut menangkap sejumlah warga sipil di daerah tersebut. Pada saat bersamaan, PBB memperingatkan, serangan terus-menerus Israel di Tepi Barat menghalangi akses ke layanan kesehatan.
“Pasukan Israel menginvasi kamp Far’a di selatan kota Tubas di utara Tepi Barat, diiringi dengan penggalian jalan-jalan kamp dan penutupan pintu masuknya menggunakan buldoser,” demikian salah seorang warga yang tak ingin disebutkan namanya, dikutip Aljazeera, Kamis (20/6/2024).
Selain itu, pertempuran juga terjadi antara pejuang Palestina dan pasukan Israel. Tentara Israel menempatkan penembak jitu di atap-atap kamp lalu merazia rumah-rumah warga. Di sisi lain, Brigades Syuhada Al-Aqsa di kamp tersebut meledakkan ranjau dan berhasil merusak buldoser Israel serta melukai tentara Israel.
Selain itu, pasukan Israel juga menginvasi kota-kota seperti Beit Furik, Awarta, dan Beta di Nablus, serta Za’atara dan Husan di Bethlehem, dan kota Dura di selatan Hebron. Mereka melancarkan serangkaian penggerebekan dan penangkapan terhadap warga sipil.
Pertempuran pecah antara pemuda Palestina dan pasukan Israel saat mereka menginvasi kota Beta. Pasukan Israel melepaskan gas air mata ke arah pemuda Palestina. Hal tersebut menyebabkan beberapa pemuda mengalami sesak nafas. Pertempuran terus berlanjut sampai pasukan Israel mundur dari kota menuju pos terdekat di wilayah selatan.
Di desa Al-Mafqara di Masafar Yatta selatan Hebron, pasukan Israel menangkap seorang aktivis Inggris dan beberapa warga Palestina di tanah pertanian mereka. Penangkapan itu terjadi setelah sekelompok pemukim Israel menyerang aktivis dan warga tersebut.
Dalam konteks terpisah, Klub Tahanan Palestina menyatakan bahwa “pasukan khusus tentara Israel kembali menangkap seorang anak, Saif al-Din Darwish (15 tahun), dari kamp Aida di Bethlehem.” Darwish adalah salah satu dari 20 tahanan yang dibebaskan melalui kesepakatan pertukaran tahanan pada November 2023.
PBB: Serangan Israel Halangi Warga Palestina Akses Layanan Kesehatan
PBB melaporkan, serangan Israel terhadap infrastruktur kesehatan dan pembatasan gerak di Tepi Barat menghalangi akses ke layanan kesehatan. 8.000 wanita hamil di wilayah tersebut terancam karena akan melahirkan pada Juli 2024.
“Mereka, 15% di antaranya akan mengalami komplikasi, dan kurangnya perawatan medis dapat berarti hukuman mati,” kata PBB.
Pada 15 Juni, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengungkapkan keprihatinannya atas krisis kesehatan yang memburuk di Tepi Barat. Dia mendesak untuk menyediakan perlindungan segera dan efektif bagi warga sipil serta layanan medis di sana.