Spirit of Aqsa- Seorang jurnalis Gaza, Muhammad Sabir Arab (42 tahun), yang ditangkap militer Israel memberikan kesaksian terkait kondisi tahanan Palestina di penjara Israel. Dalam kesaksiannya, dia menungkapkan, para tahanan mengalami penyiksaan tanpa henti, kelaparan, pengabaian medis, hingga sejumlah tahanan syahid karena kerasnya penyiksaan.
Kondisi itu hanya terjadi di satu penjara saja, yakni Penjara Sde Taiman. Menurut dia, tindakan serupa terjadi di seluruh penjara Israel. Arab mengungkapkan berbagai kejahatan sadis yang dilakukan oleh pasukan Israel terhadap tahanan Gaza, termasuk pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan, dan amputasi tanpa anestesi.
Selama beberapa bulan terakhir, kesaksian serupa telah datang dari para tahanan yang dibebaskan. Namun, kesaksian Muhammad Arab memberikan bukti nyata dari dalam “sel-sel maut,” mengungkap kejahatan-kejahatan Israel dan diamnya komunitas internasional.
Pengacara Palestina, Khaled Mahajna, berhasil mengunjungi Arab di penjara Israel. Arab merupakan wartawan Al-Araby dan ditangkap dari Rumah Sakit Shifa di Gaza selama serangan besar-besaran pada Maret 2024.
Menurut pernyataan dari Klub Tahanan dan Otoritas Tahanan, kunjungan Mahajna dilakukan di bawah pengawasan ketat tentara Israel. Pertanyaan pertama yang diajukan oleh Arab kepada pengacaranya adalah, “Di mana saya?”, karena dia tidak tahu bahwa dia ditahan di kamp Sdeh Teyman.
Mahajna mengatakan, kesaksian Muhammad Arab adalah tambahan dari banyak kesaksian mengerikan dari tahanan Gaza yang dibebaskan. Kesaksian itu menggambarkan kondisi penahanan yang merendahkan martabat manusia. Kesaksian ini mencakup laporan tentang kematian di antara para tahanan, penyiksaan, penindasan, penghinaan, dan pemerkosaan yang mereka alami.
“Pihak pengelola kamp menjaga para tahanan dalam keadaan terikat selama 24 jam dan ditutup matanya. Sejak lima puluh hari, Muhammad tidak mengganti pakaiannya, dan sebelum kunjungan ini hanya diperbolehkan mengganti celananya, sementara tetap mengenakan jaket yang sama selama lima puluh hari,” kata Arab kepada Mahajna dalam kunjungan tersebut, dikutip Palinfo, Kamis (20/6/2024).
Arab menjelaskan, para tahanan terus-menerus mengalami penyiksaan, penindasan, dan berbagai bentuk serangan, termasuk serangan seksual dan pemerkosaan, yang menyebabkan kematian para tahanan. Tindakan kekerasan dan penghinaan tidak pernah berhenti, dan para tahanan dilarang berbicara satu sama lain.
“Siapa pun yang melanggar akan dipukuli secara brutal. Para tahanan berbicara sendiri, berdoa dalam hati, dan dilarang melakukan ibadah,” ujar Arab.
Bagi para tahanan yang sakit dan terluka, beberapa di antaranya mengalami amputasi tanpa anestesi. Arab juga mengatakan, para tahanan dijaga oleh anjing-anjing polisi sepanjang waktu. Setiap empat tahanan hanya diberikan satu menit untuk menggunakan toilet. Jika melebihi waktu, mereka akan dihukum.
Para tahanan tidur di lantai menggunakan sepatu sebagai bantal, mandi hanya sekali sepekan selama satu menit, dan tidak diizinkan tidur di siang hari. Setelah lima puluh hari, baru diizinkan mencukur rambut. Makanan yang diberikan hanya berupa potongan kecil labneh, sepotong mentimun atau tomat.
Arab mengirim pesan melalui pengacaranya kepada dunia dan organisasi hak asasi manusia internasional, mendesak tindakan segera untuk menyelamatkan para tahanan dan terus menyampaikan penderitaan mereka.
Otoritas Tahanan dan Klub Tahanan menegaskan, kunjungan ini mengkonfirmasi tingkat kejahatan mengerikan yang dialami para tahanan di penjara dan kamp Israel, terutama para tahanan Gaza sejak dimulainya perang genosida. Kunjungan ini terjadi setelah adanya perubahan aturan yang memungkinkan pengacara bertemu dengan para tahanan Gaza baru-baru ini.