Spirit of Aqsa, Palestina- Sipir penjara Israel terus melakukan penyiksaan dan membiarkan 9.100 tahanan Palestina kelaparan sejak 7 Oktober 2023. Tidak ada perbedaan antara wanita, anak-anak, dan orang sakit. Mereka juga dibatasi dalam beribadah seperti shalat, adzan, dan membaca Al-Qur’an.
Menurut pernyataan Klub Tahanan, kebijakan kelaparan telah memburuk sejak 7 Oktober karena serangkaian tindakan yang diberlakukan, termasuk penutupan apa yang disebut sebagai “kantin” tahanan, menyita sisa-sisa makanan, dan mengurangi porsi makan.
Makanan yang diberikan kepada tahanan buruk baik dari segi kualitas maupun jenis, yang berdampak pada kondisi kesehatan, terutama para pasien. Teroris Israel juga terus menangkap warga Palestina tanpa memberikan makanan kepada mereka.
Kebijakan kelaparan telah menjadi salah satu kebijakan yang paling berbahaya yang diberlakukan oleh Israel setelah 7 Oktober, selain penyiksaan yang telah menimpa semua tahanan, termasuk perempuan, anak-anak, dan bahkan anak-anak.
Hal itu membuat para tahanan mengalami masalah kesehatan khususnya pada sistem pencernaan, ditambah dengan penurunan berat badan. Masalah makanan dan penyiksaan telah menjadi isu utama beberapa bulan terakhir, selain kualitas dan kuantitas, sipir penjara Israel mengaja memberikan makanan tak matang.
Beberapa fasilitas penahanan, terutama yang di bawah administrasi militer seperti penjara (Ofer), memberikan makanan kaleng yang kedaluwarsa kepada tahanan.
Di samping kebijakan kelaparan, tahanan dicegah dari adzan dan shalat berjamaah bahkan di dalam sel. Tahanan menjadi korban kekerasan berulang kali setelah mencoba untuk melakukan shalat atau bahkan membaca Al-Quran dengan suara keras.
Banyak dari penjara, terutama yang terkenal seperti (Negev), menyita mushaf dari tahanan. Tahanan juga sulit berwudhu karena pembatasan akses terhadap air.
Jumlah tahanan di penjara Israel lebih dari 9.100 orang, termasuk 3.558 tahanan administratif, sekitar 200 anak-anak, dan 61 tahanan perempuan.