Indonesia kembali menegaskan komitmennya pada perjuangan kemanusiaan di Palestina dengan bergabung dalam Global Sumud Flotilla, armada sipil internasional terbesar sepanjang sejarah. Misi ini bertujuan menembus blokade Israel di Gaza dan mengirimkan bantuan langsung kepada warga sipil yang terjebak dalam krisis kemanusiaan.
Sebanyak 20 delegasi IndJakart (terdiri dari aktivis, tenaga medis, dokter, jurnalis, hingga tokoh publik) bersiap berlayar dari pelabuhan Tunisia. Sebelum berangkat, mereka menjalani pelatihan survival di laut lepas untuk menghadapi potensi risiko selama perjalanan.
Tim Indonesia akan bergabung dengan perwakilan dari 50 negara lainnya.Pengiriman delegasi Indonesia merupakani bagian dari strategi global untuk menekan Israel agar membuka akses kemanusiaan ke Gaza.
Ketua Steering Committee Global Peace Convoy Indonesia, Ustadz Bachtiar Nasir (UBN), menegaskan, misi ini memiliki dua tujuan utama, mengirimkan bantuan logistik untuk warga Gaza sekaligus membuka mata dunia bahwa kelaparan yang melanda Palestina adalah konsekuensi langsung dari blokade militer Israel.
“Harapan terbesar dari misi kita ini adalah menyampaikan pesan kepada masyarakat dunia bahwa blokade Gaza adalah penyebab utama kelaparan. Ini harus dihentikan,” ujar UBN, di Jakarta.
Menurutnya, genosida yang dilakukan Israel tidak hanya berupa pembantaian, tetapi juga dengan menggunakan kelaparan sebagai senjata. Fakta bahwa puluhan ribu warga Palestina telah menjadi korban memperkuat urgensi gerakan ini.
Lebih dari sekadar mengirim bantuan, Global Sumud Flotilla diharapkan menjadi terobosan untuk membuka koridor kemanusiaan melalui jalur laut. Indonesia berharap langkah ini dapat memantik keterlibatan negara lain, khususnya di Asia Tenggara, dalam memperluas solidaritas dan aksi nyata.
“Karenanya, kami dari Indonesia mengajak saudara-saudara sebangsa dan se-Asia Tenggara untuk lebih bersemangat dalam kampanye menembus blokade Gaza ini. Suara ini adalah suara kemanusiaan,” tegas UBN.
