Spirit of Aqsa, Palestina- Amerika Serikat (AS) mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk Gaza melalui udara untuk pertama kalinya, Sabtu (2/3/2024). Ini akan salah satu rangkaian bantuan kemanusiaan kemanusiaan yang direncanakan AS untuk warga Gaza.
‘’AS bersama Angkatan Udara Yordania melakukan pengiriman bantuan lewat udara ke Gaza, menyediakan kebutuhan pokok bagi warga sipil yang terdampak konflik,’’ demikian pernyataan US Central Command, Sabtu.
Tiga pesawat militer C-130 milik AS mengirimkan lebih dari 38 ribu makanan ke wilayah yang PBB sebut sekitar 576 ribu orang selangkah lagi mengalami kondisi kelaparan. Bantuan dijatuhkan di sepanjang garis pantai Gaza yang memudahkan akses warga pada bantuan itu.
Sejumlah warga Palestina memposting video di media sosial mengenai pembagian bantuan itu. Mereka memperlihatkan kotak-kotak bantuan yang sedang dijatuhkan melalui pesawat. Gedung Putih menyatakan pengiriman bantuan akan berlanjut dan mendapat dukungan Israel.
Sehari sebelumnya, Presiden AS Joe Biden mengumumkan akan mengirimkan bantuan lewat udara setelah 100 lebih warga Palestina meninggal dunia saat mengantre menunggu konvoi truk pengangkut bantuan kemanusiaan pada Kamis (29/2/2024).
Jurubicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby pada Jumat (1/3/2024) menjelaskan, AS akan melakukan pengiriman bantuan melalui udara dalam beberapa pekan ke depan. Operasi ini akan dikoordinasikan dengan Pemerintah Yordania.
Kirby menilai, distribusi bantuan lewat pesawat lebih menguntungkan dibandingkan menggunakan truk. Alasannya, pesawat dapat dengan cepat bergerak ke titik tertentu. Volume bantuan dari udara, kata dia, menjadi pelengkap bukan pengganti bantuan yang dikirim lewat darat.
Seorang pejabat AS mengungkapkan, pemerintahan Biden mempertimbangkan pula pengiriman bantuan melalui laut, dari Siprus. Kondisi mengenaskan dialami warga Gaza karena akses terhadap pangan terputus.
Tiga orang di Gaza utara yang mencari makanan di ladang pada Sabtu meninggal akibat serangan Israel. Demikian diungkap warga dan petugas medis. Di wilayah yang sama, 13 anak kehilangan nyawa di RS Kamal Adwan dalam kurun tiga hari karena dehidrasi dan malnutrisi.
Para dokter di RS tersebut menuturkan, lebih banyak lagi anak-anak yang kini risiko mengalami sekarat. ‘’Ketika anak mestinya makan tiga kali sehari dan kini hanya sekali, jelas dia akan mengalami malnutrisi dan penyakit yang disebabkan malnutrisi,’’ kata dokter Imad Dardonah.
Langkah AS mengirimkan bantuan menggunakan pesawat menuai kritik karena dianggap tak efisien. ‘’Sebenarnya, yang lebih penting adalah dibukanya lebih banyak perlintasan dan truk bantuan bisa masuk setiap hari,’’ kata mantan direktur USAID untuk Tepi Barat, Dave Harden.
Harden melanjutkan komentarnya,’’Saya pikir AS lemah dan benar-benar mengecewakan saya.’’ AS, jelas dia, punya kemampuan untuk mendesak Israel membuka perlintasan agar lebih banyak bantuan masuk. Sayangnya AS tak melakukannya.
Kebijakan ini membuat aset dan petugas USAID di lapangan berada dalam risiko dan berpotensi menciptakan lebih banyak kekacauan di Gaza. Lembaga amal berbasis di Inggris, Medical Aid for Palestinians (MAP) mengamini pernyataan Harden.
‘’AS, Inggris, dan negara lainnya mestinya meyakinkan Israel untuk segera membuka semua perlintasan menuju Gaza agar bantuan kemanusiaan bisa masuk,’’ demikian pernyataan mereka yang dilansir laman berita Aljazirah.
Oxfam melabeli upaya Biden mengirimkan bantuan melalui udara itu untuk mengurangi bersalah para pejabat AS yang selama ini mendukung Israel. Apa yang dilakukan AS dinilai tak banyak membantu dalam penyelesaian masalah kemanusiaan di Gaza.
‘’Saat warga Palestina di Gaza didesak hingga menuju ujung penderitaan, menjatuhkan bantuan ke Gaza tanpa rencana distribusi yang aman tak akan banyak membantu dan sangat merendahkan warga Palestina,’’ kata Scott Paul, pimpinan Oxfam.
Kritik juga dilontarkan Kementerian Luar Negeri Palestina. Mereka menyatakan dengan pemberian bantuan melalui udara AS bertindak layaknya negara lemah, negara marginal yang tak mampu mengamankan bantuan untuk warga Palestina.
Menurut Mahjoob Zweiri, direktur Gulf Study Centre, Doha komunitas internasional tak menekan Israel untuk mengizinkan truk-truk bantuan kemanusiaan memasuki Gaza lewat jalur darat. ‘’Kenapa tak mengirim bantuan makanan melalui (perlintasan) Karem Abu Salem?’’ tanyanya.
Ia menjelaskan, ada sekitar 2.000 truk mengantre untuk bisa masuk Gaza melalui perlintasa menuju wilayah tersebut. Makanan dan obat-obatan tertunda distribusinya dan dikhawatirkan akan melewati masa kedulawarsanya.