Spirit of Aqsa, Jalur Gaza- Sekelumit kisah dari Jalur Gaza yang terekam lewat lensa dibagikan para aktivis di sana. Meski hidup dalam kekuarangan, tapi mereka tidak tak patah semangat. Lumrah menemukan orang yang mengeluarkan semua isi rumah untuk dibagi-bagikan kepada sesama murabith.
Hal menarik lainnya, tidak warga Gaza yang bersifat bar-bar. Padahal, mereka hidup dalam kesulitan yang sangat parah. Tapi, para aktivis berani bertaruh, sepotong kue yang diletakkan di atas meja tidak akan hilang dari tempatnya sampai yang punya datang.
Mahmoud Zuaiter, seorang seniman Palestina asal Gaza, aktif mendokumentasikan aktivitas harian di akun instagram dengan judul “Haniya by Nature.”
Dalam satu video, Mahmoud melewati sebuah toko shawarma. Pemilik toko menawarinya sandwich shawarma gratis.
Hal ini tidak hanya terjadi pada setiap individu saja, karena banyak lembaga dan badan amal yang bekerja siang dan malam mengirimkan paket makanan kepada para murabtih di tempat pengungsian. Mereka mengirim bantuan di tengah kesulitan bahan bakar dan pangan.
Hassan Zein al-Din, seorang dokter, terpaksa membeli sepeda untuk melakukan perjalanan antar wilayah Jalur Gaza untuk menindaklanjuti pasien, terutama mereka yang menderita penyakit kronis, setelah tidak ada bensin di Jalur Gaza.
Terlepas dari kesulitan yang dihadapi sektor medis di Gaza akibat perang yang dilancarkan Israel, dokter Hassan Zein al-Din merasa bertanggungjawab untuk merawat pasien penyakit kronis di sekolah-sekolah pengungsi. Dia berpindah dari satu daerah ke daerah lain menggunakan sepeda.
Haji Abu Jihad dari kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara memutuskan untuk berbagi selimut kepada para sesama murabith. Selimut itu bisa digunakan bersembunyi dari pesawat pengintai yang terus beterbangan di langit Gaza.
Bahkan, dia mengeluarkan semua barang-barang dari rumahnya untuk dibagi-bagikan ke sesama murabith. Dia yakin harta yang dikeluarkan itu akan diganti dengan pahala terbaik di sisi Allah SWT.
“Demi Allah, jika saya memiliki lebih dari ini, saya akan memberikannya kepada mereka,” ujar Abu Jihad.
Pengungsi tersebar di banyak fasilitas di selatan dan tengah Jalur Gaza, di rumah sakit, universitas, klub, stadion, gedung, dan rumah kerabat. Sebagian besar dari mereka berkumpul di sekolah-sekolah UNRWA.
Berbagi Makanan
Para murabith juga suka berbagi makanan. Baik yang tergabung dalam komunitas maupun perorangan. Mereka berbagi roti, botol air, dan obat.
Namun hal yang sangat menarik, tidak ada satupun pengungsi yang pernah kehilangan dalam bentuk apapun. Meski mereka hidup dalam keadaan kekurangan makanan. Kelaparan dan kehausan bisa memicu seseorang untuk bertindak di luar nalar. Namun, tidak bagi warga Gaza. tidak berani mengambil yang bukan haknya.
Hal yang terjadi justru sebaliknya. Mereka berlomba-lomba untuk saling berbagi. Mereka berusaha bertahan hidup dengan segala persediaan yang ada. Mereka bertahan dengan penuh kesabaran dan ketabahan.
Dengan terbatasnya sumber daya, para aktivis memilih untuk memasak kayu bakar dalam jumlah besar dan mendistribusikan kepada para pengungsi. Makanan yang disajikan sebagian besar berupa kacang-kacangan. Ada juga makanan berupa nasi dan ayam.
Inisiatif dan Kampanye Sukarelawan
Saat melewati area pengungsia, kita bisa melihat para relawan yang bekerja menyediakan air dan mendistribusikan makanan, selimut, dan kebutuhan hidup dasar.
Puluhan pemua aktif menyediakan kebutuhan yang dibutuhkan oleh kelompok khusus pengungsi, seperti penyandang disabilitas, bayi, ibu hamil, dan orang sakit. Mereka bekerja melalui sumbangan yang diberikan oleh lembaga amal untuk menyediakan apa yang diperlukan bagi orang-orang tersebut.
Sumber: Al Jazeera, Palinfo