Tahap kedua kesepakatan gencatan senjata di Gaza, yang didorong Washington dan menjadi topik utama dalam pertemuan Netanyahu–Trump di Florida, memicu kekhawatiran serius bagi Perdana Menteri Israel.

Kesepakatan ini mencakup penarikan tambahan pasukan dari Gaza dan selatan Lebanon tanpa menonaktifkan kemampuan militer Hamas dan Hezbollah, langkah yang ditolak keras oleh sayap kanan ekstrem dalam pemerintahannya.

Netanyahu, yang tengah menghadapi tuntutan di Pengadilan Pidana Internasional atas dugaan kejahatan perang di Gaza, menilai tahap kedua ini sebagai ancaman langsung terhadap stabilitas koalisinya, bahkan lebih dari risiko keamanan.

“Setiap langkah untuk mengeksekusi tahap kedua dapat memicu perpecahan koalisi,” kata analis Israel, karena partai-partai sayap kanan melihat penarikan sebagai konsesi politik yang menguntungkan Hamas tanpa hasil militer yang jelas.

Dalam manuvernya, Netanyahu berusaha menyeimbangkan tekanan Amerika dengan penolakan internal, misalnya menunda tahap kedua, mengaitkannya dengan persyaratan keamanan ketat, atau menuntut kompensasi politik dan keamanan. Kondisi ini diperparah oleh kegagalan legislasi wajib militer Haredim dan potensi pemilihan dini, yang bisa mengancam kelangsungan pemerintahannya.

Analis menekankan, bagi sayap kanan Israel, tahap kedua akan menjadi preseden berbahaya: penarikan pasukan tanpa kemenangan militer atau pelucutan senjata Hamas dan Hezbollah, bertentangan dengan narasi Netanyahu sejak awal perang tentang pemulihan kekuatan penangkalan.

Sementara itu, tekanan Amerika tetap kuat. Netanyahu dihadapkan pada tawaran dukungan politik dari Trump, termasuk kemungkinan perlindungan hukum atau pengaruh dalam kasus korupsi, sehingga konfrontasi terbuka dianggap tidak realistis. Ia mencoba menunda atau memodifikasi implementasi tahap kedua tanpa menolak secara publik.

Jurnalis Israel Nahama Douik menilai, “Netanyahu akan mencoba memperoleh waktu, menegosiasikan kompensasi politik atau keamanan, sambil menjaga koalisi agar tahap kedua tidak menjadi pemicu kejatuhannya.”

Secara keseluruhan, pertemuan dengan Trump diprediksi berlangsung tanpa konfrontasi terbuka, dengan masing-masing pihak memiliki kepentingan langsung: Trump ingin memajukan rencananya di Gaza sebagai prestasi politik, sementara Netanyahu berfokus pada kelangsungan koalisinya dan mitigasi risiko politik internal.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here