Spirit of Aqsa– Kementerian Keuangan Israel mengumumkan, Israel mencatat defisit anggaran sebesar 12,1 miliar shekel (sekitar 3,24 miliar dolar AS/Rp50,16 triliun) pada Agustus lalu, menyusul peningkatan pengeluaran untuk perang yang terus berlangsung di Jalur Gaza.
Defisit ini, jika dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB), meningkat menjadi 8,3% dalam 12 bulan hingga Agustus, naik dari 8% pada Juli, dan jauh di atas target tahun 2024 sebesar 6,6%.
Pengeluaran untuk perang yang dimulai pada Oktober lalu mencapai sekitar 97 miliar shekel (26 miliar dolar AS). Kementerian memperkirakan defisit akan terus meningkat selama kuartal ketiga tahun ini.
Pada Agustus, penerimaan pajak tumbuh sebesar 8,1%, dan meningkat 1,9% selama delapan bulan pertama tahun ini.
Proyeksi
Kementerian Keuangan juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini, menggarisbawahi tekanan yang ditimbulkan oleh perang yang sudah berlangsung hampir setahun.
PDB diperkirakan akan tumbuh hanya 1,1%, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 1,9%. Proyeksi untuk tahun 2025 juga diturunkan menjadi 4,4% dari 4,6%.
Dengan demikian, ekonomi Israel diperkirakan akan tumbuh pada laju paling lambat tahun ini sejak 2009, kecuali puncak pandemi Covid-19 pada tahun 2020.
Peringkat kredit Israel diturunkan untuk pertama kalinya dalam sejarahnya. Hasil obligasi pemerintah dalam mata uang lokal naik secara signifikan dibandingkan dengan obligasi Treasury Amerika Serikat, menunjukkan ketegangan di kalangan investor.
Para pejabat Israel memperkirakan biaya perang hingga akhir tahun depan mencapai sekitar 66 miliar dolar AS, yang setara dengan lebih dari 12% PDB.
Pemerintah Israel telah melakukan pinjaman lebih dari 200 miliar shekel (sekitar 53,5 miliar dolar AS) sejak awal tahun ini, menjadikannya salah satu operasi pinjaman terbesar dalam sejarah negara tersebut.
Kementerian Keuangan Israel memperkirakan bahwa pertempuran dengan Hezbollah di Lebanon tidak akan meningkat menjadi perang besar-besaran, meskipun kekhawatiran akan skenario semacam itu telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Meskipun terjadi perlambatan ekonomi, bank sentral Israel diperkirakan tidak akan menurunkan suku bunga utama dari 4,5% sebelum tahun depan. Inflasi di Israel meningkat dalam beberapa bulan terakhir, dengan tingkat inflasi terbaru sebesar 3,2% secara tahunan, yang berada di atas kisaran target antara 1% hingga 3%.