Spirit of Aqsa, Al-Quds- Ratusan ekstremis Yahudi menyerbu Masjid Al-Aqsha dalam rangka peringatan Yom Kippur. Serbuan itu dilakukan di bawah perlindungan ketat polisi penjajah zionis Israel.
Mengutip Palinfo, sekitar 675 ekstremis Yahudi menyerbu Al-Aqsha. Sementara, pasukan penjajah zionis Israel menyerbu masjid pada pukul 07.00 pagi untuk mengosongkan alun-alun di seberang ruang shalat Al-Qibli yang dipenuhi jamaah dan petugas.
Ekstremis Yehuda Glick memimpin penyerbuan ke Masjid Al-Aqsha ini. Pasukan penjajah zionis Israel memperketat langkah militer mereka di sekitar Al-Aqsha, dan menghalangi masuknya jamaah dan mereka yang bersiaga di dalamnya, untuk mengamankan masuknya para pemukim pendatang Yahudi dalam jumlah besar, pada peringatan hari besar Yahudi “Yom Kippur”.
Para ekstremis Yahudi menampilkan tarian Talmud dan doa di Bab al-Qattanin dan Bab al-Silsilah di luar tembok Masjid Al-Aqsha yang diberkati.
Persatuan “Organisasi Kuil” (kelompok-kelompok yang menyerukan pembangunan kuil Yahudi di lokasi Masjid Al-Aqsha) telah menyerukan penyerbuan terpusat terhadap Al-Aqsha Ahad kemarin dan hari ini, pada malam peringatan “Yom Kippur”.
Persatuan Organisasi Kuil telah mengumumkan penyerbuan terpusat terhadap Masjid Al-Aqsha hari Ahad dan Senin ini, pada momen yang disebut sebagai Hari Pengampunan.
Kelompok-kelompok ekstrem ini mengatakan, “Selama dua hari ini, penyerbuan akan mencakup ibadah massal di Masjid Al-Aqsha, termasuk simulasi kurban ampunan dan ritual taubat.”
Kelompok-kelompok ini melakukan penyerbuan pada malam peringatan Yom Kippur sebagai kompensasi atas terbatasnya kemampuan mereka untuk melakukan penyerbuan pada malam tersebut. Namun pada saat yang sama, mereka juga bersemangat untuk menyerbu Al-Aqsha, untuk mensakralkan penyerbuan Al-Aqsha sebagai tindakan suci yang termasuk dalam puasa ampunan.
Pengampunan, yang dimulai saat matahari terbenam pada hari Ahad hingga setelah matahari terbenam pada hari Senin, dianggap sebagai hari raya Yahudi yang paling suci, dan melengkapi sepuluh hari pertobatan dan pengampunan yang dimulai pada awal tahun baru Yahudi. Kelompok agamwan Yahudi berpuasa selama 25 jam, didedikasikan untuk mengadakan pertanggungjawaban jiwa, penebusan, pembersihan dari dosa, dan pelaksanaan ibadah dan ritual Sinagoga.
Dalam aturan agama Yahudi, ini dianggap sebagai hari libur total, yang mencakup penghentian total semua aktivitas duniawi, termasuk transportasi. Selama peringatan Yom Kippur, dikhususkan untuk beribadah dan mencari pengampunan baik di rumah atau di sinagoga.
Dalam penyerbuan tersebut, para pemukim pendatang Yahudi giat melakukan simulasi kurban ampunan di Masjid Ak-Aqsha, meniup terompet, dan mencoba menari di sinagoga yang mereka rebut di sekolah Tanakazi di koridor barat Al-Aqsha.
Mengomentari seruan Yahudi ini, pakar urusan Al-Quds, Jamal Amr, mengatakan bahwa peringatan Yom Kippur merupakan bencana bagi Al-Quds dan Al-Aqsha, karena serbuan dan serangan massal oleh polisi pendudukan Zionis Israel dan para pemukim pendatang Yahudi di Masjid Al-Aqsha.
Para pedagang Al-Quds mengalami kesulitan untuk mencapai toko-toko mereka dan menjalankan bisnis serta kehidupan normal mereka, terutama di Kota Tua, karena penutupan yang dilakukan Israel dan penghentian transportasi umum dan kendaraan pribadi.
Ritual Talmud yang paling menonjol yang dilakukan oleh para pemukim pendatang Yahudi selama hari raya mendatang adalah ritual taurat, puasa, penyembelihan kurban dan meniup terompet di Masjid Al-Aqsha. Semua hal tersebut merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap kesucian masjid.
Para pemukim pendatang Yahudi mencoba memanfaatkan hari-hari besar Yahudi untuk melaksanakan semua ritual Talmud di Masjid Al-Aqsha, untuk memaksakan fakta-fakta Yahudi baru di dalamnya.