Spirit of Aqsa, Palestina- Taufan Siber Al-Aqsa berhasil data pribadi jutaan orang Israel setelah berhasil menembus perusahaan keamanan siber terbesar di Israel, Radware. Data tersebut diambil dari klien Radware yakni Signature-IT.
Menurut laporan situs web Ctech, situs yang memantau pergerakan Taufan Siber Al-Aqsa, mengungkapkan, dalam sepekan terakhir, kelompok tersebut berhasil mendapatkan informasi sensitif milik warga Israel yang terkait dengan klien IT Signature, termasuk Max Security, perusahaan keamanan siber dan geo-intelijen, Otoritas Inovasi Israel, Arsip Nasional pemerintah Israel, dan Shefa Online, dan Radware.
Namun, tidak ada informasi pasti terkait berapa banyak data yang telah didapatkan. Taufan Siber Al-Aqsa mengaku tidak akan membocorkan data tersebut selama gencatan senjata. Data akan dibocorkan setelah perang kembali berkobar.
Sejauh ini, data jutaan orang mencakup email, nomor telepon, nama, dan interaksi bisnis, namun tidak mencakup informasi kartu kredit atau perbankan.
“Israel sedang menyaksikan gelombang besar serangan siber,” kata Gil Messing dari perusahaan keamanan informasi Check Point, dikutip Al Jazeera, Sabtu (25/11).
Israel menghadapi peningkatan jumlah serangan dunia maya yang mempengaruhi infrastruktur digitalnya. Menurut Misting, “Perang dunia maya pasti akan segera terjadi dan meningkat dari hari ke hari.”
“Kita berbicara tentang lebih dari 120 kelompok yang secara aktif menyerang Israel. Kita harus memperkirakan akan terjadi lebih banyak kebocoran dan masyarakat harus mewaspadai hal itu,” lanjutnya.
Menurut Messing, Israel telah mengalami peningkatan serangan siber sekitar 22% sejak 7 Oktober. Serangan-serangan ini termasuk serangan ransomware, serangan terhadap perangkat seluler, serta peningkatan serangan terhadap perangkat IoT seperti kamera keamanan dan item lain yang terhubung ke Internet.
Ronen Ahdot, kepala operasi pemantauan dan manajemen serangan di perusahaan Israel Cynet Security, mengatakan, “Banyak orang telah belajar selama pandemi bagaimana melakukan operasi peretasan.”
Untuk saat ini, data dari kebocoran Radwire akan terus berlanjut di luar periode gencatan senjata. Informasi yang telah bocor dapat digunakan kembali dan dieksploitasi dengan cara lain, seperti menjual informasi sensitif yang dapat menyebabkan kerusakan parah di wilayah lain.
Hal yang dapat dilakukan oleh warga Israel, dunia usaha dan kantor pemerintahan adalah tetap waspada terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok hacker tersebut.
Ahdot mengatakan: “Kita berada di tengah-tengah perang elektronik yang nyata. Ini benar, ini nyata, dan apa yang kita lihat dalam kebocoran harian ini hanyalah satu contoh.”