Spirit of Aqsa, Palestina- Perdana Menteri Palestina Muhammad Shtayyeh menegaskan zionis Israel melakukan sistem apartheid dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam krisis air. Dia menyatakan, warga Palestina hanya memiliki akses terhadap 72 liter air per hari, sementara imigran ilegal Yahudi mengonsumsi 430 liter per hari.
Shtayyeh juga menganggap pembatasan air merupakan bagian dari hukuman kolektif permanen yang dijatuhkan oleh penjajah Israel terhadap warga Palestina. Mereka mendeskripsikannya sebagai perang terhadap keberadaan Palestina.
Penjajah Israel juga telah merusak fasilitas jaringan air Palestina, termasuk menghancurkan sumur, tangki air, dan bendungan. Mereka juga menghalangi warga Palestina untuk menggali lebih banyak sumur dengan alasan izin yang biasanya tidak diberikan.
Sementara itu, imigran ilegal Yahudi menikmati akses yang berlebihan terhadap air Palestina, dengan mengorbankan hak warga Palestina atas air tersebut.
Dilema yang Kompleks
Kendali Israel atas sumber air Palestina adalah faktor utama dalam krisis air ini. Penjajah Israel menguasai sebagian besar sumber air di wilayah tersebut, dan juga mengendalikan pengembangan sistem air, sementara menghambat pengembangan di wilayah yang diklasifikasikan sebagai “C” berdasarkan Perjanjian Oslo.
Shaddad Al-Atili, kepala urusan perundingan air di Organisasi Pembebasan Palestina, menegaskan, sejak Perjanjian Oslo II ditandatangani pada 1995, jumlah penduduk Palestina telah bertambah dua kali lipat, tetapi pasokan air tetap sama, tanpa peningkatan yang signifikan.
Dia juga menunjukkan, Otoritas Palestina telah membeli air dari perusahaan Israel-Qatar, namun Israel masih menerapkan hambatan dan tindakan yang merugikan sektor perairan Palestina.
Situasi ini menciptakan ketidaksetaraan yang mencolok antara warga Palestina dan pemukim Israel dalam hal akses terhadap air, dan masalah ini menjadi bagian dari konflik yang rumit antara kedua pihak. Krisis air di Tepi Barat menjadi salah satu aspek dari konflik yang belum terselesaikan ini, yang terus menghantui kehidupan sehari-hari masyarakat Palestina.