Jurnalis Israel Amira Hass menegaskan, Perjanjian Oslo tidak pernah dirancang untuk membawa perdamaian, melainkan untuk mengabadikan pendudukan. Alih-alih membuka jalan menuju kemerdekaan, Oslo justru menjadi instrumen Israel untuk mengekalkan cengkeraman di Tepi Barat sekaligus memberi legitimasi semu bagi penjajahan.
Menurut Hass dalam tulisannya di Haaretz, perjanjian ini telah berubah menjadi alat kendali, membatasi perlawanan, sekaligus merampas kedaulatan rakyat Palestina. Lima poin berikut menggambarkan dengan jelas bagaimana Oslo bekerja untuk kepentingan Israel:
1. Pelaksanaan selektif oleh Israel
Oslo hanya dijalankan ketika menguntungkan Tel Aviv. Contohnya, Israel kerap menghukum Otoritas Palestina dengan menahan dana pajak, menutup perbatasan, atau mengatur ulang wilayah sesuka hati, sementara kewajiban yang merugikan mereka dengan mudah diabaikan.
2. Membebaskan Israel dari tanggung jawab
Inti dari Oslo memungkinkan Israel terus memerintah sebagai kekuatan pendudukan (mengendalikan pergerakan, ekonomi, dan sumber daya Palestina) tanpa kewajiban hukum internasional memberi pelayanan sosial kepada rakyat yang diduduki. Beban ini dialihkan ke Otoritas Palestina dan donor asing, terutama Eropa.
3. Melarang perlawanan
Oslo menuntut rakyat Palestina menghentikan perlawanan seketika, dengan imbalan janji penarikan bertahap Israel yang tak pernah jelas. Sejak itu, definisi “terorisme” diperluas untuk mencakup hampir semua bentuk perlawanan, mulai dari demonstrasi damai, diplomasi, bercocok tanam, hingga membangun rumah.
4. Melindungi kekerasan pemukim Israel
Kesepakatan ini bahkan melarang warga Palestina, termasuk aparat keamanan Otoritas Palestina, membela diri dari tentara Israel maupun pemukim bersenjata. Akibatnya, serangan pemukim meningkat pesat, dilindungi tentara, sementara setiap upaya warga Palestina mempertahankan diri langsung dicap “terorisme.”
5. Menjerumuskan Otoritas Palestina ke jurang delegitimasi
Otoritas Palestina terjebak: bila patuh pada Oslo, mereka dianggap tidak sah di mata rakyat; bila mencoba melindungi rakyatnya, mereka segera diburu, ditangkap, atau dilabeli teroris. Semua ini memberi Israel alasan baru untuk menghancurkan, merampas, dan mengusir.
Sumber: Haaretz