Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza melaporkan bahwa empat warga Palestina, termasuk seorang anak, syahid dalam 24 jam terakhir akibat kelaparan dan malnutrisi. Dengan demikian, total korban jiwa akibat kelaparan kini mencapai 435 orang, di antaranya 147 anak-anak.

Pejabat kesehatan Gaza menegaskan, angka kematian terus melonjak seiring Israel memperketat blokade dengan melarang masuknya pangan dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan untuk mengobati penyakit akibat kekurangan gizi.

Dari Eropa, suara kecaman pun semakin keras. Juru bicara Komisi Eropa menyebut ada 600 ribu warga Palestina yang kini hidup dalam kondisi kelaparan akut akibat ulah Israel. Bahkan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menegaskan, “Tragedi mengerikan yang terjadi setiap hari di Gaza harus dihentikan. Harus ada gencatan senjata segera, akses penuh tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan, dan pembebasan semua tawanan.”

Dua pekan lalu, PBB secara resmi menyatakan Gaza berada dalam status kelaparan melalui sistem klasifikasi keamanan pangan global. Namun, meski peringatan dunia sudah dikumandangkan, kenyataan di lapangan tak berubah: rakyat Gaza terus dibiarkan meregang nyawa karena kekurangan makanan.

Kondisi ini menegaskan satu hal: kelaparan di Gaza bukan bencana alam, melainkan senjata perang Israel yang paling kejam, menyasar anak-anak, perempuan, dan warga sipil yang tak berdaya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here