Spirit of Aqsa- Yediot Ahronot melaporkan, militer Israel telah membentuk jalur baru yang memisahkan bagian utara Gaza dari wilayah lainnya, dengan fokus operasi di Jabalia yang diperkirakan berlangsung hingga enam bulan. Tentara Israel dikabarkan menerapkan “versi terbatas” dari apa yang dikenal sebagai “Rencana Jenderal.”
Menurut keterangan dari pihak militer, jalur pemisah ini membentang secara horizontal sekitar 5 kilometer di selatan perbatasan utara Gaza dan sejalan dengan jalur Netzarim. Militer juga memperluas penyebaran tank dan pasukan infanteri di jalur ini, bertujuan memisahkan bagian utara Gaza dari wilayah lainnya. Teknologi pengenal wajah juga telah diterapkan untuk memeriksa warga yang menuju Gaza selatan.
Sumber militer menyebutkan bahwa tentara Israel tetap menjalankan sebagian dari “Rencana Jenderal” yang bertujuan menguasai utara Gaza dengan memaksa penduduknya pindah ke selatan. Setelah itu, blokade ketat diberlakukan di utara, membatasi bantuan, serta menggunakan taktik kelaparan sebagai cara untuk menekan warga agar keluar.
Operasi Intensif di Jabalia
Israel melihat Jabalia sebagai “inti kekuatan Hamas di utara Gaza” sehingga terus memperketat pemisahan wilayah ini dari utara Gaza. Sumber militer memprediksi operasi darat di Jabalia akan memakan waktu enam bulan lagi untuk “menghancurkan infrastruktur Hamas” di wilayah tersebut.
Militer menyebutkan bahwa mereka menghadapi tantangan dari alat peledak yang tersembunyi di puing-puing Jabalia, yang sulit dideteksi dan mematikan bagi tentara.
Markas Militer Permanen
Divisi militer 162, yang memimpin operasi di Jabalia, telah mendirikan markas permanen di dekat Ashkelon dan memperluas area operasinya. Kepala Staf Herzi Halevi menyatakan divisi ini akan memimpin operasi militer di Gaza tahun depan.
Klaim Bantuan Kemanusiaan
Yediot Ahronot juga mengklaim bahwa tentara Israel, di bawah tekanan Amerika Serikat, telah mengurangi blokade di Gaza utara dan kembali menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk warga Jabalia. Namun, organisasi kemanusiaan melaporkan tidak melihat adanya bantuan yang benar-benar sampai ke wilayah tersebut.
Israel memulai serangan besar-besaran di Gaza utara pada 5 Oktober, diikuti invasi darat dengan alasan mencegah Hamas memulihkan kekuatannya. Hal ini dinilai sebagai bagian dari “Rencana Jenderal” untuk memaksa warga Palestina keluar dari kota-kota mereka di utara Gaza.